Seorang santriwati jelita dilamar oleh Gus gantheng, muda, keren, dan terkenal. Hatinya berbunga-bunga. Dia girang sekali. Tapi kemudian dia agak murung, karena kata kawannya, Gus dengan “kesempurnaan” seperti itu biasanya tidak kuat godaan untuk tidak menikah lagi dan menikah lagi.
Sebagai aktivis IPPNU, virus kesetaraan jender sudah mulai menjangkiti otaknya. Dia emoh banget dimadu. Setelah berfikir keras dan beristikharah, dia menemukan ide yang menurutnya mak cespleng ..
Akad nikah dilangsungkan ..
Ayah santriwati: “saya nikahkan panjenengan dengan putri kawulo dengan mahar seperangkat alat salat, dan dengan syarat tidak berpoligami.”
Gus: “saya terimaka nikahnya dengan mahar tersebut, dan dengan syarat tidak berpoligami.”
Kolomenjingnya sampai mengeluarkan bunyi “mak celeguk” saking bungungnya.
Gus itu pusing sekali, Dia bertanya-tanya, sah ndak ya, nikah seperti itu .. syaratnya harus dipenuhi tidak yah .. kalau sampai harus dipenuhi, gawat itu .. 🙂
boleh juga niki di contoh heheee