"Dia adalah seorang pemimpin dari Bani Ady bin Ka’ab bin Lu’ay ( sebuah cabang dari suku Quraisy ) yang berwatak tegas, keras, berwibawa dan sangat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya. Bila berjalan akan terlihat badanya yang tegap dan cepat, pandanganya yang tajam, langkahnya yang pasti laksana seorang ksatria sejati yang tidak takut dengan siapapun dan apapun. Ya, dia adalah singa yang apabila mengaum akan membuat lari hewan-hewan yang lain disekitarnya, dan bila bergulat akan membanting ambruk semua lawanya.
Dia adalah Umar Bin Khattab seorang yang dahulunya anti islam yang pada akhirnya tersirami oleh hidayah Allah S.W.T menuju Din Al Haq Islam dan menjadi penguat tersebarnya agama islam ketika di Mekkah. Itu semua seiring dengan berkah do’a Nabi Muhammad yang mustajab
"اللهم أيد الإسلام بعمر بن الخطاب"
“ Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar Bin Khattab”
Umarpun masuk islam setelah tiga hari dari islamnya Hamzah pada tahun ke 6 kenabian dan kabar ini pun langsung membuat gembira orang-orang islam yang telah hijrah di Negara Habasyah.
Pada waktu itu perseteruan antara Muhammad dan orang-orang kafir Quraisy semakin meruncing dan permusuhan antara Bani Hasyim dengan kabilah-kabilah lainya semakin memanas karena dari pihak Bani Hasyim menolak untuk menyerahkan Muhammad ke tangan mereka. Pertentangan antara bapak dan anak, permusuhan antar saudara dan keluarga sudah tidak bisa terelakkan lagi sehingga seluruh lapisan masyarakat Mekkah pada waktu itu menjadi geger dan ramai akibat agama baru yang di bawa Muhammad.
Di dalam kondisi yang kacau balau itu Umar menjadi gusar dan khawatir akan perpecahan Quraisy dan Mekkah hingga pada akhirnya dia berinisiatif untuk mengorbankan dirinya demi Quraisy dan Mekkah dengan cara membunuh Muhammad kemudian menyerahkan diri kepada Bani Hasyim dan rela dengan balasan yang akan ditimpakan Bani Hasyim terhadapnya meskipun mati.
Pedang pun ditenteng, dengan kedua tangan yang mengepal, serta gerak jalanya yang cepat membuat orang-orang di sekitarnya menjadi takut dan minggir dari jalan yang akan dilaluinya. Akan tetapi, di tengah perjalanan ada seorang yang bernama Nu’aim bin Abdullah menghampirinya dan bertanya kepada Umar apa maksud dan tujuanya. Umar pun menceritakan keinginanya itu sehingga Nu’aim yang menghampirinya tadi tertegun dan kaget mendengar ucapan Umar. Kemudian Nu’aim menceritakan bahwa adiknya yang bernama Fatimah Binti Al Khattab beserta suaminya telah masuk islam dan dia menjelaskan kepada Umar bahwa membunuh Muhammad bukanlah jalan satu-satunya untuk memadamkan api perpecahan di kota Mekkah ini. Mendengar kabar itu Umar pun langsung memutar arah menuju ke rumah Fatimah Binti Al Khattab untuk membuktikan kebenaran berita tersebut.
Dengan gerak langkah yang berapi-api Umar menghampiri rumah adik perempuanya tersebut dengan perasaan penasaran sekaligus emosi. Sesampainya di depan pintu rumah Fatimah dia mendengar suara bacaan Al Qur’an di lantunkan. Tidak menunggu lama Umar langsung mengetuk keras-keras pintu di depanya lalu masuk dan bertanya kepada Fatimah beserta suaminya tentang kabar keislaman mereka. Dalam pembicaraan itu terjadi percekcokan di antara mereka. suami Fatimah yaitu Sa’id Bin Zaid di pontang-pantingkan tubuhnya oleh Umar sehingga bibir Fatimah berdarah akibat terkena pukulan Umar ketika membela suaminya.
Melihat kondisi adik dan suaminya itu Umar menjadi kasihan seolah-olah perasaan sesal tumbuh di dalam hatinya. Namun Fatimah dan Sa’id masih terhinggap suasana ketakutan dan terdiam di tempat sambil memegang kertas yang bertuliskan ayat-ayat suci Al Qur’an. Sebenarnya Umar adalah seorang yang sangat bijak meskipun tertutupi oleh sifat kerasnya hingga pada akhirnya dia meminta kertas tersebut dan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an yang pada waktu itu bertepatan dengan surat Toha ayat 1-8. Hati Umar pun langsung terenyuh dan takjub akan keindahan ayat-ayat itu dan pada akhirnya Umar langsung menyatakan keislamanya di hadapan Rasulullah S.A.W.
Keislaman Umar semakin lama semakin bertambah kuat. Seolah-olah dia tidak mau ketinggalan dengan orang-orang yang mendahuluinya masuk islam. Dengan lantang seluruh Bani Ady dianjurkanya untuk memeluk agama islam setelah sebelumnya dia melarang mereka untuk masuk agama baru tersebut. Bahkan dia menawarkan kaumnya untuk membalas siksaan-siksaan yang dulunya dia timpakan pada sebagian kaumnya yang ketahuan masuk agama islam. Tidak hanya itu, bahkan dengan berani dia menghampiri satu persatu rumah-rumah pemuka Quraisy yang dahulu menjadi partnernya dalam memusuhi agama islam seperti Abu Jahal dan Walid Bin Mughiroh. Hal ini membuat orang-orang kafir Quraisy semakin geram tapi takut untuk bertindak menghadapi orang-orang islam yang di dalamnya terdapat dua ksatria Quraisy islam yang pemberani yaitu Hamzah Bin Abdul Muttalib dan Umar Bin Khattab.
Mekkah seolah-olah berubah, itulah yang orang-orang kafir Quraisy rasakan. Mereka mengatakan,
"مكة بعد إسلام عمر غير مكة قبله "
“Mekkah setelah islamnya Umar bukanlah Mekkah sebelumnya”
Selanjutnya orang-orang kafir Quraisy menyusun rencana untuk memboikot Nabi Muhammad beserta keluarganya yaitu Bani Hasyim kecuali Abu Lahab untuk tidak melakukan transaksi jual beli dengan mereka dan tidak melakukan pernikahan dengan mereka sehingga Nabi Muhammad beserta keluarganya terisolasi dan berkumpul di lorong Abu Talib selama tiga tahun dan tidak ada bahan makanan sedikitpun yang bisa masuk kecuali dengan cara bersembunyi.
Umar pun tidak tinggal diam. Di masa yang menyulitkan Nabi Muhammad itu dia selalu mengirim bantuan makanan yang ia angkutkan di atas unta yang kemudian dia pacu keras-keras dari kejauhan supaya unta tersebut masuk pada lorong yang di diami Nabi Muhammad beserta keluarganya itu tanpa diiringi rasa takut pada orang-orang kafir quraisy.
Keberanian seorang sahabat Umar Bin Khattab memang patut diteladani dalam memperjuangkan dan membela kebenaran sehingga tidak hanya para musuh dari kalangan manusia saja yang takut kepada beliau bahkan syetan pun nyingkreh bila beliau berjalan di antara mereka.
عمر كان إسلامه فتحا وهجرته نصرا وإمارته رحمة