Saat ini sudah memasuki hari ke-8 bulan Muharram, dalam dua hari kedepan kita akan berjumpa dengan hari yang sangat istimewa: Hari Tasu’a dan ‘Asyura. Hari yang disunnahkan bagi kita kaum muslimin untuk berpuasa sebagaimana tuntunan Baginda kita, Nabi Muhammad SAW. Ada apakah sebenarnya dengan ‘Asyura? Kenapa begitu diistimewakan oleh beliau?
Peristiwa-peristiwa dan keutamaan 10 Muharram
Allah SWT menjadikan bulan dalam satu tahun berjumlah 12 dan diantara 12 tersebut ada 4 bulan yang dimuliakan Allah SWT atau biasa disebut dengan “Asyhurul Hurum”yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, serta Rajab. Sebagaimana dalam firman-Nya :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِين
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah: 36)
Diantara keempat mulia tersebut, ada satu bulan yang menjadi awal bulan dalam kalender hijriyyah yaitu Muharram sebagaimana ketetapan dari musyawaroh kholifah Umar RA bersama para sahabat yang menjadikan Muharram sebagai awal bulan karena di bulan inilah bulan pemisah antara yang haq dan yang bathil bulan dimana Rasulullah SAW bertekad hijrah menuju madinah, bulan menuju kemuliaan islam sehingga ummat islam bisa beribadah dengan aman tanpa gangguan kafir Quraisy dan bisa membangun Masjid Quba’ (masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW) di daerah Madinah. Di dalam bulan itu pula, terdapat hari yang biasa disebut dengan Yaumu ‘Asyura atau hari kesepuluh bulan Muharram, hari yang penuh keutamaan.
Banyak sekali terjadi peristiwa-peristiwa penting di hari ‘Asyura tersebut yang tentunya patut kita ketahui dan kita agungkan, diantaranya:
1. Hari diterima taubatnya Nabi Adam AS.
2. Hari ditinggikannya derajat Nabi Idris AS.
3. Berhentinya banjir bandang sehingga Nabi Nuh bisa mendarat keluar dari kapalnya.
4. Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api Raja Namrudz.
5. Allah menurunkan Taurat kepada Musa AS.
6. Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari penjara setelah 7 tahun berada dalam penjara.
7. Penglihatan Nabi Ya’qub AS dipulihkan oleh Allah SWT.
8. Nabi Ayyub disembuhkan dari penyakit.
9. Dikeluarkannya Nabi Yunus dari dalam perut ikan yang menelannya.
10. Terbelahnya Laut Merah untuk menyelamatkan Bani Isra’il dari kejaran Fir’aun.
11. Nabi Daud diampuni kesalahannya (bukan berarti dosa) oleh Allah
12. Allah memberikan kerajaan kepada Nabi Sulaiman AS.
13. Nabi Muhammad SAW dihalangi dari melakukan kesalahan yang sudah terjadi maupun belum.
14. Hari diciptakannya dunia.
15. Hari permulaan rahmat dan hujan diturunkan ke bumi.
16. Arsy, Lauhul Mahfhudz, serta Qalam diciptakan.
17. Allah menciptakan Jibril dan mengangkat Nabi Isa AS dari bumi.
18. Terjadinya hari kiamat.
Di samping itu pula banyak sekali fadhilah atau keutamaan-keutamaan di hari ‘Asyura, diantaranya :
1. Pahala puasa di hari ‘Asyura sama dengan berpuasa selama satu tahun penuh karena puasa ‘Asyura adalah amalan yang dilakukan oleh para nabi.
2. Barang siapa menghidupkan malam ‘Asyura dengan beribadah maka bagaikan beribadahnya seluruh penduduk langit tujuh.
3. Barang siapa memberikan minum sekali di hari ‘Asyura maka allah akan memberikannya minum di Padang Mahsyar nanti.
4. Barang siapa bersedekah satu kali di hari ‘Asyura maka bagaikan tidak pernah menolak sama sekali peminta- minta.
5. Orang yang mandi dan bersuci di hari ‘Asyura tidak akan terkena penyakit selama satu tahun kecuali mati.
6. Mengusap kepala anak yatim atau berbuat baik terhadap anak yatim sama halnya dengan berbuat baik terhadap seluruh anak yatim Bani Adam.
7. Menjenguk orang sakit sekali sama halnya dengan menjenguk seluruh Bani Adam yang sakit.
Dasar Puasa ‘Asyura
Suatu ketika Rasulullah berjumpa dengan orang-orang yahudi yang sedang berpuasa pada hari ‘Asyura, akhirnya Rasulullah pun penasaran dan bertanya “apa ini ?”. Orang-orang Yahudi tersebut pun menjawab “ini adalah hari yang mulia, hari dimana Allah menyelamatkan Musa AS beserta kaumnya dan hari dimana Fir’aun beserta bala tentaranya ditenggelamkan sehingga Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur atas pertolongan Allah tersebut". Akhirnya Rasulullah berkata: “Saya lebih utama atas Musa daripada kalian (Yahudi)”. Setelah itu Rasulullah langsung berpuasa saat ‘Asyura dan juga memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Adapun perintah puasa tersebut tidak sampai wajib hanya sekedar sunnah sebagaimana dalam hadits shahih yang diterangkan dalam kitab ‘Umdatul Qari Syarah Shahih Bukhari juz 17 hal 142:
حدثنا ( عبد الله بن مسلمة ) عن ( مالك ) عن ( هشام بن عروة ) عن أبيه عن ( عائشة ) رضي الله تعالى عنها قالت كان يوم عاشوراء تصومه قريش في الجاهلية وكان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يصومه فلما قدم المدينة صامه وأمر بصيامه فلما فرض رمضان ترك يوم عاشوراء فمن شاء صامه ومن شاء تركه
عمدة القاري شرح صحيح البخاري (17/ 142)
Riwayat dari Abdullah ibn Maslamah dari Malik dari Hisyam ibn ‘Urwah dari ayahnya dari ‘Aisyah RA. berkata: Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. dan tatkala mulai di-fardlukan puasa ramadlan rasululllah meninggalkan puasa hari asyuro’ maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah. Dan barangsiapa yang ingin berbuka (tidak berpuasa), maka berbukalah.”
kemudian perkataan shahabat Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhu, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Hari ini adalah hari ‘Asyura. Allah tidak mewajibkan atas kalian berpuasa padanya, tetapi aku berpuasa, maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah. Dan barangsiapa yang ingin berbuka (tidak berpuasa), maka berbukalah.”
Memang para ulama berselisih pendapat apakah puasa ‘Asyura sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dihukumi wajib ataukah sunnah mu’akkad? Di sini ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, pada masa tahapan kedua atu setelah kedatangan nabi di Madinah yang memang sebelumnya saat di Makkah rasulullah sudah melaksanakan puasa tersebut hanya saja tidak memerintahkan pada ummatnya, puasa ‘Asyura dihukumi wajib. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan Abu Bakr Al Atsram.
Pendapat kedua: Pada masa tahapan kedua ini, puasa ‘Asyura dihukumi sunnah mu’akkad. Ini adalah pendapat Imam Asy Syafi’i dan kebanyakan dari ulama Hambali.
Namun yang jelas setelah datang puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura tidaklah diwajibkan lagi dan dinilai sunnah. Hal ini telah menjadi kesepakatan para ulama.
Untuk menghilangkan keserupaan atau tasyabbuh melaksanakan puasa ‘Asyura dengan orang-orang Yahudi akhirnya rasulullah pun menganjurkan untuk menambah satu hari sebelumnya (Tasu’a) atau setelahnya yaitu tanggal 9 atau 11 Muharram. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan awal Muharram sehingga berbuntut kesalahan penentuan ‘Asyura (10 Muharram) entah lebih maju atau lebih mundur. Sehingga lebih baiknya untuk menghindari kesalahan tersebut disunnahkan untuk menambah puasa pada tanggal 9 atau 11 jadi tidak hanya satu hari. Dengan begitu maka tidak keserupaan dengan puasanya orang yahudi dan juga bisa berhati-hati akan kesalahan penentuan tanggal.
Sumber :
– ‘Umdatul Qari Syarah Shohih Bukhari
– Hasyiyah I’anatuth Thalibin
– Hasyiyah Jamal ‘ala Manhaj