Sering kita jumpai rambu-rambu pengingat dan sebagainya di pinggir-pinggir jalan raya. Salah satunya adalah rambu-rambu peringatan lubang galian dipinggir jalan karena ada proyek tertentu. Seperti penanaman pipa pertamina, PDAM dan lain sebagainya. Secara umum lubang-lubang tersebut memang tidak mengganggu jalur lalu lintas.
Dalam sebuah proyek di salah satu pabrik ternama, penggalian lubang penanaman pipa pabrik tersebut dilakukan tepat di bahu jalan yang sangat mepet dengan jalan raya. Hanya beberapa hari setelah penggalian lubang itu, banyak terjadi kecelakaan, bahkan ada yang sampai meniggal gara-gara lubang tersebut. setelah diusut ternyata terdapat kelalaian dari pihak pabrik untuk memasang rambu-rambu peringatan di area lubang tersebut.
Pertanyaan :
Apakah kelalaian dari petugas pabrik tersebut bisa dikategorikan sebagai pembunuhan ?
Urain Jawaban:
Jalan raya merupakan jalur transportasi umum. Di dalam kitab fiqih dijelaskan bahwa semua orang berhak menggunakan jalan raya dengan segala macam penggunaan, asalkan tidak mencegah fungsi pokok jalan, yaitu prasarana transportasi, hal ini berdasarkan ibarat:
)المنهاج للنووي – (1 / 187(
الطريق النافذ لا يتصرف فيه بما يضر المارة ولا يشرع فيه جناح ولا ساباط يضرهم، بل يشترط ارتفاعه بحيث يمر تحته منتصبا، وإن كان ممر الفرسان والقوافل فليرفعه بحيث يمر تحته المحمل على البعير مع أخشاب المظلة.
)مغني المحتاج – ث – (2 / 369(
(منفعة الشارع ) الأصلية ( المرور ) فيه لأنه وضع لذلك وتقدمت هذه المسألة في الصلح
Sebagai prasarana umum, jalan raya tentunya merupakan tempat yang sering digunakan oleh banyak orang sehingga perlu adanya suatu aturan, supaya tidak membahayakan atau merugikan pengguna jalan. Nabi SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا ضرر ولا ضرار (سنن ابن ماجه – (7 / 144(
Aturan-aturan yang dijelaskan di dalam kitab fiqih yang berkenaan dengan menggunakan jalan raya bisa perinci sebagai berikut:
• Tidak melakukan suatu hal yang berpotensi membahayakan pengguna yang lain
• Tidak menanam atau membangun sesuatu walaupun tidak membahayakan
• Tidak membuat sumur kecuali untuk kemaslahatan umum dan mendapatkan izin Imam (pemimpin daerah) serta tidak membahayakan.
Aturan-aturan di atas berdasarkan ibarat yang ada di dalam kitab hasyiah al-Bujairami dan al-Majmu’:
( الطريق النافذ ) بمعجمه ويعبر عنه بالشارع وقيل بينه وبين الطريق اجتماع وافتراق ؛ لأنه يختص بالبنيان ولا يكون إلا نافذا ، والطريق يكون ببنيان وصحراء ونافذا وغير نافذ ويذكر ويؤنث ( لا يتصرف فيه ) بالبناء للمفعول ( ببناء ) لمسطبة أو غيرها ( أو غرس ) لشجرة ، وإن لم يضر ذلك لأن شغل المكان بذلك مانع من الطروق وقد تزدحم المارة فيصطكون به ، وتعبيري ببناء أعم من تعبيره ببناء دكة ( ولا بما يضر مارا ) في مروره ؛ لأنه حق له. )حاشية البجيرمي على المنهاج – (8 / 468(
وإن حفر بئرا في طريق لا يستضر به الناس فإن حفرها لنفسه كان حكمه حكم الطريق الذى يستضر الناس بحفر البئر فيه، لانه لا يجوز أن يختص بشئ من طريق المسلمين، وإن حفرها لمصلحة الناس فإن كان بإذن الامام فهلك به إنسان لم يضمن، لان ما فعله بإنذن الامام للمصلحة جائز فلا يتعلق به الضمان. (المجموع شرح المهذب – (19 / 16(
Lubang Galian di Bahu Jalan.
Dalam kajian fiqih syafi’iyyah, bahu jalan yang memiliki fungsi penopang pemanfaatan jalan raya dinamakan harim. Yang mana ketentuan pemanfaatannya sama dengan jalan itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
وقال ابن الرفعة في الكفاية : الحرائم هي المواضع القريبة التي يحتاج إليها لتمام الانتفاع بها سميت بذلك لأنها يحرم التعرض لها بنوع عدوان
) الحاوي للفتاوي ـ للسيوطى – (1 / 132))
Penggalian lubang yang bertujuan sebagaimana diskripsi di atas termasuk sebagai salah satu bentuk pemanfaatan jalan, sehingga tidak bisa lepas dari aturan-aturan yang sudah tentukan. Menimbang bahwa penggalian lubang tersebut bisa disamakan dengan penggalian sumur maka bisa disimpulkan bahwa penggalian tersebut tidak dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
1) Pembuatan lubang tersebut bukan untuk manfaat umum (sebab setiap orang tidak bisa mendapatkan manfaatnya kecuali dengan mambayar).
2) Lubang tersebut tergolong membahayakan karena tidak ada pembatas atau rambu-rambu yang bisa memperingatkan orang-orang yang lewat, padahal termasuk dari tempat yang sering dilewati.
فصل : وأما القسم الرابع وهو أن يحفرها في طريق سابل يحفر البئر في طريق سابل فيقع فيها أحد ، فهذا على ضربين :
أحدهما : أن يضر حفرها بالمارة فيصير متعديا فيلزمه ضمان ما سقط فيها ، سواء أذن له الإمام أو لم يأذن ، لأن إذن الإمام لا يبيح المحظورات .
والضرب الثاني : أن لا تضر بالمارة : لسعة الطريق وانحراف البئر عن جادة المارة فهذا على ضربين :
أحدهما : أن يحفرها ليتملكها فهذا محظور : لأنه لا يجوز أن يتملك طريق السابلة فيلزمه ضمان ما سقط فيها .
والضرب الثاني : أن يحفرها للارتفاق لا للتمليك ، فإن لم يحكم رأسها وتركها مفتوحة ضمن ما سقط فيها ) الحاوي الكبير – (12 / 843((
Adapun kecelakaan yang diakibatkan oleh lubang tersebut bisa dianggap sebagai korban tindakan kriminal yang dilakukan pihak penggali lubang. Sebab penggalian tersebut tidak dibenarkan dan dianggap tindak kedhaliman, sehingga pihak terkait harus bertanggung jawab untuk mengganti kerugian-kerugian yang dialami korban.
Bahkan andaikan ada yang meninggal maka dianggap sebagai pembunuhan, hanya saja tidak menetapkan hukum qishas akan tetapi wajib membayar diat (uang tebusan) yang dibebankan kepada pihak ‘ashabahnya (keluarga-keluarga yang mendapatkan warisan ashabah dari pelaku). Hal ini berdasarkan ibarat:
)مغني المحتاج (5 /339)
(ويضمن) الشخص (بحفر بئر عدوان) كحفرها بملك غيره بغير إذنه، أو في مشترك بغير إذن شريكه، أو في شارع ضيق أو واسع لمصلحة نفسه بغير إذن فيضمن ما تلف فيها من آدمي حر أو غيره، لكن الآدمي يضمن بالدية إن كان حرا وبالقيمة إن كان رقيقا على عاقلة الحافر حيا كان أو ميتا، وأما غير الآدمي كبهيمة أو مال آخر فيضمن بالغرم في مال الحافر، وكذا القول في الضمان في جميع المسائل الآتية.
Sekian, semoga bermanfaat. Amin!
HASIL FKFQ (Forum Kajian Fathul Qorib) Muhadloroh Al-Anwar KOMISI- A
Yang diselenggarakan pada :
Malam Kamis, 09 jumadal ula 1442 H/24 Desember 2020 M.