وَيَوْمَ يَقُوْلُ نَادُوْا شُرَكَآءِىَ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُواْ لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقاً ،
وَرَءَا الْمُجْرِمُوْنَ النَّارَ فَظَنُّواْ أَنَّهُمْ مُّوَاقِعُوْهَا وَلَمْ يَجِدُواْ عَنْهَا مَصْرِفاً
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu." Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka). “
“Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya".
Setiap orang yang musyrik itu pasti masuk ke dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya beserta perkara-perkara yang mereka sembah. Oleh karena itu, di dalam neraka banyak terdapat bintang-bintang, patung-patung dan berhala-berhala yang dahulunya dijadikan mereka sebagai sesembahan. Akan tetapi Isa yang disembah oleh umat Kristen itu tidak bisa masuk ke dalam neraka. Karena, pada hakikatnya bukanlah Isa yang mereka sembah tetapi salib, patung, dan gambar Isa.
Sedangkan tentang Nabi Isa mereka tidak pernah menyalib maupun membunuhnya. Karena, yang sebenarnya mereka salib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa.
وما قتلوه وما صلبوه ولكن شبه لهم
“Mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka”.
Allah memerintahkan orang-orang musyrik supaya mereka memanggil sesembahan mereka dulu dan meminta syafa’at serta pertolongan kepada sesembahan mereka. Akan tetapi sesembahan yang mereka anggap sekutu-sekutu Allah itu tidak membalas seruan-seruan mereka karena sekutu-sekutu itu hanyalah patung-patung dan benda-benda mati yang tidak memanfa’atkan dan tidak pula memudharatkan.
Cerita di dalam neraka, kelak orang-orang yang berdosa itu akan diperlihatkan api neraka, kemudian mereka akan merasa yakin bahwa mereka akan masuk ke dalamnya. Orang-orang yang berdosa itu tidak lain adalah orang-orang yang kafir. Karena orang itu tidak bisa menjadi kafir kecuali karena sebab melakukan dosa, sekecil apapun dosa itu.
Dosa itu ada yang mendapatkan sifat rahman dan rahimnya Allah S.W.T dan ada yang tidak mendapatkan kedua sifat itu. Maka, jika ada seorang yang beriman kemudian terjerumus dalam lubang dosa tetapi dosa tersebut tidak membuatnya menjadi kafir, berarti ia telah mendapatkan siraman rahman dan rahimnya Allah. Dahulu, Iblis adalah makhluk yang paling banyak ibadahnya, paling taat kepada Allah. Tapi, karena kesombonganya ia berdosa, ia tidak mau taat kepada perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam karena ia merasa lebih unggul dari pada Adam, akhirnya iblis pun menjadi kafir.
Sebaliknya, amal kebaikan itu bisa menjadikan seseorang mati dalam keadaan beriman, meskipun kebaikan yang dilakukan itu hanya sedikit. Alkisah, dulu ketika para penyihir-penyihir Fir’aun bertarung dengan Nabi Musa mereka menghormati Nabi Musa dan mempersilahkan beliau dahulu untuk memulai adu sihir. Akan tetapi, setelah mereka mengalami kekalahan mereka beriman kepada Musa. Dan sikap penghormatan mereka itulah sebenarnya yang mengantarkan mereka menuju ke dalam cahaya iman kepada Allah S.W.T.
Jadi, hanya Allah lah yang tahu tentang perbuatan yang dapat menuntun mereka ke dalam keimanan atau ke dalam kekufuran, menuntun mereka ke dalam surga atau ke dalam neraka. Mereka tidak bisa mentaqdirkan amal-amal kebaikan yang telah mereka kerjakan. Karena masa depan di surga itu merupakan fadhol dari Allah S.W.T yang diselipkan ke dalam amal-amal kebaikan yang Dia rahasiakan.
Adapun hikmah dari semua ini adalah agar manusia selalu menjaga ketaqwaan mereka, selalu memnta ampun kepada Allah S.W.T , Melakukan perbuatan baik dan tidak meremehkanya meskipun hanya sedikit dan menjauhi perbuatan buruk dan tidak meremehkanya meskipun sedikit. Nabi Muhammad S.A.W bersabda,
الإيمان بضع وسبعون، أو بضع وستّون شعبة، فأفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق،
Artinya : “IMAN itu ada lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, tingkatan cabang terafdhol -tertinggi- adalah ucapan LA ILAHA ILLALLOH, tingkatan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan”.
Catatan : Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair dengan materi surat al-Kahfi ayat 52 dan 53.