Jari manis manusia identik dengan cincin perkawinan. Banyak yang bertanya, kenapa cincin perkawinan harus disematkan di jari manis, tidak di jari lain? Pertanyaan tersebut yang akan menjadi topik pembahasan kita kali ini.

Di dalam kitab “Tsaqqof Nafsak” dijelaskan mengenai lima jari kita. Ibu jari diumpamakan sebagai kedua orang tua kita, jari telunjuk sebagai saudara-saudara kita, jari tengah sebagai diri kita sendiri, jari manis sebagai pasangan hidup (suami istri), dan jari kelingking sebagai anak- anak kita.

""

Setiap insan pasti memimpikan bila menjadikan pernikahannya sebagai suatu peristiwa sakral yang pertama dan terakhir, serta mendapatkan pasangan hidup yang setia dan selalu ada di sampingnya, baik dalam masa suka maupun duka. Karena itulah, meski sulit dibuktikan secara logis, jari manis kita sebagai “pelabuhan” cincin pernikahan terasa sulit dipisahkan bila telah disatukan.

Untuk membuktikannya, tidak ada salahnya Anda mencoba gerakan di bawah ini:

Pertama, buka telapak tangan Anda, jari tengah ditekuk ke dalam, selanjutnya satukan ke 4 ujung jari tangan Anda (lihat gambar).

""

Sekarang coba pisahkan ibu jari Anda, apa yang terjadi? Teryata mampu dipisahkan. Hal ini menggambarkan orang tua kita tidak selamanya hidup bersama kita, ada kehidupan dan kematian. Satukan kembali ibu jari Anda. Selanjutnya pisahkan jari telunjuk Anda. Apa yang terjadi? Ternyata juga mampu dipisahkan . Tidak selamanya kita hidup dengan saudara- saudara kita, mereka mempuanyai urusan dan kepentingan sendiri- sendiri. Satukan lagi jari telunjuk Anda. Kemudian lakukan hal yang sama pada jari kelingking Anda, dan Anda juga akan mendapati hal yang sama pada kedua jari Anda sebelumnya yaitu jari kelingking Anda bias dipisahkan. Cepat atau lambat anak-anak kita akan meninggalkan kita, meraka akan membangun keluarga kecil jauh dari kita. Selanjutnya, tutup jari kelingking Anda. Bukalah jari manis Anda, tempat di mana kita menaruh cincin perkawinan. Anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Jari manis ini mewakili suami dan istri. Artinya, selama hidup Anda dan pasangan akan terus bersama satu sama lain dalam menjalani manis pahitnya kehidupan, dan menghadapi setiap kesulitan. Seperti jari manis ketika telah disatukan terasa sulit dipisahkan.

BACA JUGA :  Pentingnya Ilmu Agama

Penulis harap kita dapat mengambil ibroh (pelajaran) dari tulisan ini. Kita yang masih mempunyai orang tua yang lengkap ataupun yang tidak lagi lengkap, gunakan kesempatan ini untuk mendapatkan ridlo Allah dari ridlo mereka. Dalam kitab Subul As-Salam diriwayatkan:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "رضا الله في رضا الوالدين وسخط الله في سخط الوالدين" أخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم الحديث.

Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA, Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Ridlo Allah itu terdapat pada ridlonya kedua orang tua, dan murka Allah terdapat pada murkanya kedua orang tua. hadits riwayat Tirmidzi.

Kita yang masih memiliki saudara, marilah kita eratkan ukhuwah persaudaraan, kita yang telah diberi amanat Allah putra putri, jadikanlah mereka sebagai anak-anak yang sholeh sholehah, dan kita yang telah mempunyai pasangan hidup jadikanlah dia sebagai pasangan kita di dunia dan akhirat. Amin.

Wallahu a’lam bis showab

Artikulli paraprakJama’ah Datang Terlambat Memindah Anak Kecil di Depannya
Artikulli tjetërMauritania, Negara Islam yang Disegani

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini