Angka 4, mungkin yang kita tahu bilangan ini hanya sebatas hasil penjumlahan dari 2+2 atau separuh dari angka 8. Tetapi jika kita amati dengan teliti sembari diangan-angan, ternyata angka 4 ini menyimpan sesuatu yang menarik dibaliknya, terutama jika kita memandangnya dari perspektif islam dan sumber-sumber dalilnya.

            Dalam Al-Quran disebutkan, jumlah bulan dalam setahun ada 12 bulan menggunakan kalender Qomariyah, dan dalam 12 bulan ini ada 4 bulan yang diistimewakan oleh Allah SWT, yakni bulan Dz. Qo’dah, Dz. Hijjah, Muharram dan Rajab. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

(إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللِه اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ)

[التوبة: 36]

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Ia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang dimuliakan.

            Ayat di atas ditafsiri dengan hadits riwayat Imam Bukhori, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Sesungguhnya waktu ini terus berputar seperti halnya awal kali Allah menciptakan langit dan bumi. (dalam) Satu tahun terdapat dua belas bulan, dan diantar kedua belas bulan ini ada empat bulan yang dimuliakan oleh Allah, yang tiga bulan berurutan yakni Dz. Qo’dah, Dz. Hijjah dan Muharram, dan yang satu lagi tersendiri yakni bulan Rajab.

            Diceritakan dalam kitab Al-Bahru Al-Muhith karangan Imam Ibnu Hayyan Al-Andalusy, bahwa orang arab pada zaman sebelum Nabi ﷺ diutus, tidak punya penghidupan melainkan dengan cara mencari makanan dari gua-gua terdekat atau dari hasil berburu, dan ketika memasuki 4 bulan mulia (Dz. Qo’dah, Dz. Hijjah, Muharram, Rajab) mereka selalu mendapati kesulitan dan kemiskinan. Dalam keadaan yang seperti ini, ada salah satu keturunan Bani Kinanah yang masih berpegang teguh dengan ajaran Nabi Ibrahim AS yaitu Bani Fuqaim, mereka mengutus salah satu dari anggota keluarga mereka yang bernama Hudzaifah bin Ubaid bin Fuqaim untuk menulis kembali kalender penanggalan arab, akhirnya ditulislah penanggalan bulan oleh Hudzaifah dengan cara mengubah nama bulan dengan nama bulan setelahnya (misalkan bulan Muharram diganti nama menjadi bulan Shafar, dan bulan Shafar diganti dengan nama bulan Rabiul Awal, demikian seterusnya), dan hal ini diwarsikan kepada anak turunnya hingga sampai pada cicitnya yang bernama Junadah bin Auf, dan pada masa Junadah inilah islam mulai muncul. Pada akhirnya tahun-tahun yang dijalani oleh orang Arab pada zaman itu hitungan satu tahunnya berjumlah tiga belas bulan, diawali dengan bulan Muharram yang asli kemudian bulan keduanya bulan Muharram yang diubah nama menjadi Shafar. Dengan demikian mereka bisa terlepas dari kesengsaraan yang mereka rasakan saat bertepatan dengan أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (empat bulan mulia). Kemudian setelah Nabi ﷺ diutus, penanggalan kalender dikembalikan lagi seperti semula.

            Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa angka 4 adalah salah satu angka yang istimewa dalam Al-Quran sekaligus menjadi pilar bagi Al-Quran. Kesimpulan ini diperkuat dengan keterangan KH Maimoen Zubair dalam salah satu pengajian beliau. Beliau menjelaskan bahwa Al-Quran memiliki empat pilar dengan menyebutkan ayat di atas. Kemudian beliau melanjutkan keterangannya tentang persamaan Al-Quran dan Indonesia yang sama-sama memliki empat pilar. Empat pilar milik Indonesia ini beliau artikan sebagai PBNU (Struktur kepengurusan tertinggi dalam organisasi NU). PBNU adalah singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama milik organisasi NU.  Tetapi menurut KH Maimoen Zubair, PBNU ini memiliki arti spesial yang menjadi 4 pilar bagi Indonesia, yakni P; Pancasila, B; Bhinneka Tunggal Ika, N; NKRI Harga Mati, dan U; Undang-undang dasar 1945. Hal ini yang membuat Indonesia dan NU berbeda dari yang lain menurut beliau.

            Masih tentang angka 4, tetapi kali ini dengan sudut pandang yang berbeda. Yaitu tentang keberhasilan Rasulullah ﷺ memberantas empat hal buruk yang dimiliki bangsa Arab. Sejarah mencatat, bahwa bangsa Arab sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ adalah bangsa yang sangat tertinggal. Empat hal yang menjerat bangsa Arab dalam ketertinggalan ini adalah, Jahiliyyah (kebodohan), Ummiyah (buta huruf), Maskanah (kemiskinan), dan ‘Adamus Saqafah (tidak memiliki budaya). Bangsa Arab kala itu sangat tenggelam dalam kebodohan, mereka melakukan hal-hal yang keluar dari norma dan perikemanusiaan. Semisal, mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena dianggap sebagai aib keluarga, dan masih banyak lagi kebodohan-kebodohan yang dilakukan oleh bangsa Arab sebelum diutusnya Nabi ﷺ. Bangsa Arab kala itu juga tidak mengenal huruf dan tidak tahu cara menulis, tidak seperti bangsa-bangsa lain yang sudah mengembangkan huruf abjad dan cara penulisan. Misal saja bangsa Romawi yang sudah memiliki abjad penulisan dengan sebutan ‘Aksara Romawi’ Atau ‘Alfabet Latin’ yang sudah ada sejak abad ke-7 sebelum masehi. Satu contoh lagi bangsa Mesir kuno yang sudah memiliki sistem penulisan yang disebut Hieroglif Mesir, sistem penulisan ini sudah muncul dikalangan Mesir kuno pada tahun 3000 sebelum masehi dan sudah digunakan oleh mereka selama lebih dari 3000 tahun. Sedangkan bangsa Arab pra-Islam masih tidak mengenal huruf dan tidak tahu cara menulis. Oleh karena itu Nabi diutus untuk memberantasnya. Allah berfirman dalam Al-Quran:

BACA JUGA :  Kemerduan Musik dalam Pemikiran Para Ulama'

(هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ )

 [الجمعة: 2]

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

            Selain Jahiliyyah (kebodohan) dan Ummiyah (buta huruf), bangsa Arab pra-Islam juga terkenal sebagai bangsa yang terbelenggu oleh kemiskinan dan kelaparan (Maskanah), dan terkenal sebagai bangsa yang tidak memiliki kebudayaan (‘Adamus Saqafah). Hal ini memaksa mereka untuk melakukan perniagaan ke luar Jazirah Arab untuk memenuhi kebutuhan mereka. Secara geografis, bangsa Arab berada diantara wilayah kekaisaran Romawi di sebelah barat, dan wilayah kekaisaran Persia di sebelah timur. Wilayah Jazirah Arab sebagian besar terdiri dari padang pasir. Wilayah ini  memiliki iklim kering karena berada di wiliayah subtropis, sehingga memiliki  udara panas dan curah hujan rendah.  Akibatnya pertanian hanya dapat dilakukan di mata air atau oasis serta sungai besar saja. Di Jazirah Arab kala itu, lahan pertanian hanya ada di Mesopotamia (nama Republik Irak zaman pra-sejarah), yakni di daerah aliran sungai Tigris dan Eufrat dan di oase-oase seperti kota Makkah, Taif dan Madinah.

            Bangsa Arab kala itu juga tidak mempunyai budaya. Tak ada yang namanya baju adat, lagu kebangsaan dan sejenisnya. Tetapi setelah Rasulullah ﷺ ­­­diutus, bangsa Arab berubah 180 derajat. Yang mulanya bangsa Arab adalah bangsa yang tertinggal berubah menjadi bangsa yang maju, bangsa yang cerdas, bangsa yang tidak lagi buta huruf. Kini bangsa Arab memiliki abjad mereka sendiri yang disebut dengan abjad ‘Hijaiyah’ yang mulai dikembangkan sekitar abad ke-6 masehi, dan memiliki teori khusus untuk memahami literarur kata dan kesusastraan bahasanya yang dikenal dengan teori Gramatika Arab; Nahwu, Shorrof dan Balaghah. Bangsa Arab yang dulunya miskin, tak punya matapencaharian dan dihimpit oleh dua kerajaan besar Romawi dan Persia, setelah datangnya Rasulullah ﷺ berubah menjadi bangsa yang kaya-raya, menjadi bangsa yang tangguh, hingga dua imperium penguasa kala itu -Romawi dan Persia- takluk oleh bangsa Arab dibawah kepemimpinan Rasulullah ﷺ. Kemudian setelah Rasulullah ﷺ berhasil mengalahkan orang Yahudi dalam perang Khaibar dan mengambil kekayaan orang Yahudi, Rasulullah ﷺ dan para orang islam mengadakan acara besar sebagai bentuk syukur dengan cara mendatangkan masakan-masakan terkenal dari berbagai penjuru dunia, yang kemudian bangsa Arab memiliki makanan khasnya seperti nasi Bukhari, nasi Mandhi, nasi Biryani, nasi Kabuli dan nasi Uzi. Dan pada akhirnya bangsa arab memiliki budaya yang ikonis dan terkenal di seluruh dunia hingga ditiru oleh bangsa lain, yakni kopyah putih. Kopyah putih biasa dikenakan sebagai pertanda bagi orang yang telah melaksanakan ibadah haji.

            Selain itu Rasulullah ﷺ juga menyatukan bangsa Arab yang terdiri dari 4 suku yaitu Jurhum, Qohthon, Baduwi dan Quraisy. Suku Qohthon dan suku Baduwi adalah suku pribumi tanah Arab, sedangkan suku Jurhum dan Suku Quraisy adalah suku imigran. Suku Jurhum berasal dari Yaman yang kemudian bermigrasi ke Arab, sedangkan suku Quraisy adalah keturunan dari bangsa Arya keturunan Nabi Ibrahim u yang berasal dari Babilonia, Mesopotamia (Irak kuno).

            Sungguh besar jasa Rasulullah ﷺ bagi bangsa arab. Berkat beliau bangsa arab menjadi bangsa yang cerdas, maju, dan kaya dan berbudaya. Sungguh semua ini adalah karunia Allah yang sangat besar, yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan ummatnya. Hanya Allah yang mampu menciptakan segala sesuatu mempunyai hikmah yang terkandung di dalamnya, termasuk angka 4 yang ternyata memiliki hikmah yang luarbiasa. Maha Suci Allah dan Maha Besar Allah. Semoga kita selalu diberi rahmat dan pertolongan oleh Allah I dan mendapatkan berkah serta syafa’at Nabi Muhammad ﷺ. Amin, Ya Rabbal Alamin.

Artikulli paraprakHUKUM MENGHASILKAN UANG DARI MENONTON VIDEO TIKTOK BERKONTEN NEGATIF
Artikulli tjetërCAHAYA PENERANG

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini