FENOMENA BAHASA GAUL DI KALANGAN ANAK MUDA
Penggunaan bahasa gaul seperti “anjrit,” “anjir,” dan “anjay” semakin marak dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Kata-kata seperti ini sering mereka gunakan sebagai ekspresi spontan yang menggambarkan keterkejutan, kekaguman, atau keheranan. Meskipun kata-kata ini tidak secara eksplisit mengandung makna kasar karna sering mereka gunakan untuk candaan dan bentuk keakraban. Namun, dari sudut pandang ajaran Islam, penggunaan kata-kata semacam ini menimbulkan kontroversi terkait dengan etika berbahasa.
Dalam perspektif Islam, bahasa yang digunakan oleh seorang Muslim sangat penting karena dapat mencerminkan akhlak dan adab seseorang. Bahasa yang baik dan santun adalah bagian dari akhlak mulia yang menjadi anjuran dalam Islam. Secara umum, penggunaan kata-kata seperti “anjay,” “anjir,” dan “anjrit” sebaiknya dihindari karena tidak jarang bisa menimbulkan penghinaan dan menyakiti hati orang lain. Serta dapat menyerupai atau meniru perilaku, gaya hidup, atau budaya orang-orang yang fasiq. Maka, sudah sewajarnya bagi kita untuk membahas tentang “hukum mengucapkan kata-kata “anjay,” “anjir,” dan “anjrit.” dalam obrolan sehari-hari baik dalam bentuk keakraban, candaan atau sebagai makian”, sebagai bentuk kepedulian kita terhadap sesama muslim agar tidak terjerumus kedalam kesalahan.
Berikut adalah dua poin yang perlu kita pahami dalam menjawab dan memberikan hukum terhadap persoalan di atas :
- Hukum mengucapkan kata-kata di atas sebagai bentuk ekspresi keterkejutan, kekaguman, atau keheranan
- Hukum mengucapkan kata-kata di atas sebagai bentuk candaan, keakraban , dan makian terhadap orang lain
Pembahasan
Islam sangat menekankan pentingnya berbicara dengan sopan dan menggunakan bahasa yang baik ketika berbicara terhadap orang lain. Serta menghindari perkataan yang kasar, menghina, atau merendahkan orang lain. Semua itu telah terdapat aturan dalam Al-Qur’an dan Hadits tentang penggunaan bahasa yang baik dan santun.
وَقُلْ لِّعِبَادِىۡ يَقُوۡلُوا الَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ اِنَّ الشَّيۡطٰنَ يَنۡزَغُ بَيۡنَهُمۡؕ اِنَّ الشَّيۡطٰنَ كَانَ لِلۡاِنۡسَانِ عَدُوًّا مُّبِيۡنًا ( الاسراء : 53)
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (QS. Al-Isra: 53)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)