Nabi Muhammad terlahir di dunia ini bukan hanya sebagai Nabi penyampai risalah saja akan tetapi beliau bersifat multitalent yang mampu menjadi apa saja dan memberikan teladan apa saja yang dibutuhkan oleh umatnya. Baik teladan beliau ketika menjadi pemimpin, ketika menjadi seorang sahabat, ketika menjadi ayah, ketika menjadi suami bahkan kita bisa meneladani beliau ketika beliau dimusuhi sekalipun.
Suami yang baik bukanlah suami yang selalu memanjakan istrinya dengan harta dan benda serta materi yang bersifat duniawi belaka. Akan tetapi suami yang baik dan hebat adalah suami yang mampu memberikan pelajaran dan pengajaran terhadap istrinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana sang suami itu akan memberikan perhatian kepada sang istri di waktu berkecukupan dan bagaimana ia akan memberikan perhatian kepada sang istri di saat serba kekurangan. Dan bagaimana pula sikap sang suami ketika sang istri terpeleset dalam lubang kekhilafan.
Kehidupan rumah tangga Rasulullah S.A.W dipenuhi dengan kisah-kisah indah dan kisah-kisah yang penuh dengan pelajaran bahkan kisah romantis beliau dengan para istrinya yang akan menjadikan kita hinggap di dalam lamunan-lamunan syahdu. Karena sebagai seorang suami, Nabi Muhammad Saw terkenal sebagai suami yang tidak pernah menurunkan tangan kasar maupun kata-kata keras kepada istri-istrinya.
Suatu hari Khadijah pernah membuatkan segelas susu yang diperuntukkan bagi sang suami tercinta yaitu Rasulullah S.A.W. di aduknya susu spesial itu dan di genggamnya gelas itu dengan penuh kasih sayang untuk dipersembahkan kepada sang suami terkasih. Kemudian Rasulullah meminum susu tersebut dengan terlebih dahulu membaca Basmalah yang sudah menjadi kebiasaan beliau ketika akan makan dan minum. Agaknya susu itu rasanya aneh tak seperti biasanya yang terasa manis seperti madu sebagaimana orang yang membuatnya. Tetapi kali ini susu itu rasanya asin karena Khadijah mengira bahwa garam yang diaduknya itu adalah gula.
Ketika Rasulullah sedang meminum susu tersebut Khadijah pun menjadi penasaran dan meminta kembali susu tersebut untuk kemudian dirasakan dan dicicipi olehnya. Tapi Rasulullah malah menahanya dan langsung menghabiskan susu tersebut seolah-olah tidak ada kesalahan rasa dalam susu buatan Khadijah itu dan beliau sedikitpun tidak menunjukkan raut wajah masam atau kesal kepada Khadijah.
Ketika Rasulullah terlambat pulang dari masjid kemudian beliau menuju rumah dan mengetuk pintu. Didapatinya Khumaira’ Aisyah sudah tertidur sangat lelapnya sehingga Rasulullah pun tidak melanjutkan untuk mengetuk pintu rumah beliau yang penuh berkah itu. Akhirnya beliau pun tidur di pelataran rumah sambil menggelar sorban yang menjadi alas bagi tubuh beliau dan menjadikan lengan beliau yang mulia itu sebagai bantalnya.
Setelah fajar menyingsing ‘Aisyah bangun dan tersadar bahwa Rasulullah belum masuk di rumah dan pintunya pun masih tertutup rapat. Seketika itu ‘Aisyah langsung keluar dan menemui sang suami. Kemudian Rasulullah menjelaskan bahwa ‘Aisyah pada waktu itu tertidur dengan nyeyaknya sehingga suara ketukan-ketukan pintu itu tidak terdengar olehnya.
"Kenapa tidak engkau ketuk pintu sedikit keras, biar saya terbangun wahai Rasulullah ?" Tanya Aisyah.
Nabi pun menjawab dengan tersenyum : "Sedangkan Tuhan yang amat berkuasa atas segala hamba-Nya lagi tidak mengizinkan engkau terbangun, maka saya yang hanyalah seorang hamba Allah terlebih lagi tidak memiliki hak untuk membangunkanmu, hai Khumaira."
Siti Aisyah kemudian meminta maaf kepada Nabi, tetapi Rasulullah tidak merasa bahwa istrinya itu bersalah, semuanya telah diatur oleh Allah.
Pada suatu hari Rasulullah pulang ke rumah. Karena beliau merasa lapar beliau pun membuka tempat makanan untuk melihat masakan apa yang sudah dipersiapkan oleh ‘Aisyah. Ternyata pada waktu itu tidak ada makanan yang sudah tersedia.
"Belum ada makanan yang saya masak ya Rasulullah, yang ada hanya makanan yang masih mentah." Kata Aisyah.
Maka Nabipun tersenyum. Sambil menyingsingkan kedua lengan baju beliau lalu pergi kedapur dan memasaknya sendiri dan ketika masakan sudah siap, makanlah beliau dan istrinya itu bersama-sama.
Sahabat Anas bin Malik pernah berkata,
"Sepuluh tahun aku tinggal dirumah Rasulullah dan membantu urusan rumah tangga beliau" "Namun tidak pernah kudengar beliau mengomel. Tak pernah beliau mengucapkan : ‘Ini kenapa begini ? atau Itu kenapa begitu ?"
Kata Aisyah, Istrinya : "Ia tidak pernah memukul anak-anak, ia tidak pernah juga memukul pembantunya dan iapun tidak pernah memukul wanita !"
Begitu indah teladan beliau sebagai suami di dalam rumah tangga beliau yang patut di tiru oleh seluruh suami-suami yang lainya sehingga keluarga pun akan diliputi rasa cinta kasih dan sayang yang abadi serta akan menjadikan keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrohmah. Semoga kita besok bisa meniru teladan-teladan beliau ketika kita menjadi seorang suami. Amin…..