- Ketika Syaikhuna Maimoen masih dalam kandungan, ibunda beliau yakni Ibu Nyai Mahmudah sowan kepada para kyai sepuh pendiri NU. Beliau meminta do’a serta suwuk kepada KH Hasyim Asy’ari (Tebuireng), KH Bisri Syamsuri (Peterongan), KH Wahab Hasbullah (Tambakberas), serta KH Dahlan (Pasuruan). Lalu, do’a tersebut disuwuk ke segelas air yang lantas diunjuk oleh Ibu Nyai Mahmudah.
Karena hal ini, Syaikhuna Maimoen mengaku sebagai warga NU tulen. Akan tetapi, hal tersebut tidak lantas membuat Yai Maimoen seperti sebagian orang NU yang fanatik. Karena menurut Yai Maimoen, golongan atau kelompok bukanlah pertanyaan yang diajukan Malaikat di dalam kubur, namun pertanyaannya adalah "man ikhwanuka?" yang berarti "siapa saudaramu?". Maka jawabannya adalah "Seluruh kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan adalah saudaraku".
Tak jarang, Syaikhuna Maimoen mewanti-wanti para santri agar menjauhkan sifat fanatik. "Islam ora ono fanatik!", dawuh beliau. Menurut beliau, sifat fanatik muncul akibat pengamalan doktrin tanpa ilmu.
Semoga, kita dapat menjauhi sifat fanatik dan dapat meniru akhlak para Ulama’ pilihan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin.