“Islam itu bisa maju kalau umatnya mau mempelajari ilmu sains, bukan ilmu agama semata.” kata Syaikh Ibnu Taimiyyah.
Di zaman yang yang serba modern ini, manusia kalau tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, maka dia tidak akan bisa lulus dari seleksi alam. Kecanggihan beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini telah dicontohkan oleh para cendikiawan mulim terdahulu, terlebih pada masa zaman daulah Abbasiyah dan Umayyah, seperti Ibnu Sina, Abu Bakar Ar-Razi, Ahmad Muhammad, dan Abdul Majid.
Ulama-ulama di zaman kedua kerjaan tersebut sumbangannya untuk Islam sangatlah besar sekali, dan banyak diadopsi oleh orang-orang Barat. Statement kemajuan Khazanah Intelektual Islam ini telah diakusi oleh Raja Inggris kepada Khalifah Hisyam bin Abdurrahman, khalifah Bani Umayyah yang berkeinginan agar Khalifah Hisyam berkenan menerima putra putri bangsanya untuk belajar ilmu sains di negeri Bani Umayyah.
Suatu ketika, di zaman Daulah Bani Umayyah II ada orang barat yang mempunyai keinginan jahat terhadap Islam. Namun, setelah mereka melihat kecanggihan Islam dalam membuat kertas, mereka mengurungkan niatnya, dan justru mereka mengagumi kemajuan umat Islam dalam masalah pembuatan kertas yang menggungguli yang lainnya. Mereka menyadari bagaimana pentingnya asebuah kertas. Karena darinya, merupakan wahana untuk menyebarkan ilmu Islam, karena dahulu tulisan itu ditulis dengan dedaunan, batu dan kulit binatang.
Dari penemuan kertas ini, menjadikan awal perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban Islam, karena sarana untuk menuangkan ilmu telah didapat dengan mudah. Sehingga, ilmu-ilmu yang dihasilkan oleh cendikiawan muslim di zaman dahulu dapat tersebar luas di belahan dunia.
Dengan kemajuan Islam yang begitu pesatnya, hal ini membuat orang Barat tidak tinggal diam. Mereka membuat segala macam cara untuk menghancurkan kekayaan Khazanah Islam hingga ke akar-akarnya. Hingga tibalah waktu yang mengerihkan. Yaitu, kehancuran pusat Khazanah Islam yang ada di daulah Bani Umayyah dan Abbasiyyah. Mereka membakar buku-buku karya cendikiawan muslim. Selainnya ada yang dibuang di sungai Efrout dan Trigis untuk digunakan sebagai jembatan untuk kendaraannya. Sisanya, mereka bawa ke negaranya untuk dikaji guna memajukan bangsanya.
Seandainya di zaman dahulu sudah mengenal internet, niscaya semua karya cendikiawan muslim akan terselamatkan dari penghancuran dan penjarahan yang tanpa bekas dengan cara mengaupload di website atau di blog. Sebab dengan cara ini, ilmu yang sudah dituangkan akan menjadi lebih aman dan juga bisa dinikamati banyak orang.
Dengan memanfaatkan internet kita dapat membuat dakwah kita semakin bersahabat dengan zamannya. Ungkapan ini persis sebagaimana yang telah dipesankan oleh Syaikhina Maimoen Zubair yang mengutip perkataan Nabi Ibrahim. Yaitu, “Orang yang berakal adalah orang arif (paham dengan betul) akan kemajuan zamannya.