"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (Qs. Ali Imran: 110).
Agama mempunyai peran dalam menyikapi nilai-nilai yang ditimbulkan oleh kehidupan modern. Di sinilah kemudian sosok ulama dan santri sangatlah mempunyai peran tersebut.Keberhasilan sosok ulama dan santri dalam mengaktualisasikan Agamanya akan dapat menyeleksi nilai-nilai progresifitas (baca: kemajuan) mana yang sekiranya bisa diambil atau ditinggalkan. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terwujudnya akulturasi nilai-nilai normatif dan nilai-nilai progresifitas tersebut. Progresifitas dalam bidang keilmuan dan kedokteran -misalnya-, seiring ditemukannya unsur genetika yang sering dikenal dengan DNA, mempunyai nilai-nilai yang bisa berakulturasi dengan nilai-nilai normatif Agama, ini menjadi sangat afirmatif dengan bukti bahwa DNA bisa dijadikan sebagai alat bukti otentik dalam menetapkan kasus kejahatan dan kriminal[1].
Definisi Moderen
Istilah modern memang berangkat dari pembedaan periode yang satu dengan periode yang lain setelahnya, tanpa dijelaskan itu lebih baik dalam sisi material dan immaterialnya atau tidak, dan menurut hemat penulis pendefinisian istilah tersebut adalah khas eropa. Kemudian istilah moderen sendiri mengalami perluasan dan penyempitan makna seiring dengan perkembangan zaman
Dalam perluasan maknanya, modern diartikan sebagai segala sesuatu yang lebih baik, lebih baru dan lebih canggih. Namun sayangnya makna luas yang demikian , kembali dipersempit dengan diartikan sebagai segala sesuatu yang berbau barat, entah itu baik atau tidak (western oriented).
Jika dianalisa, penyempitan makna yang sedemikian rupa lebih disebabkan dominasi budaya barat terhadap dunia timur, dan barang kali orang-orang timur tidak sadar kalo mereka ‘terjajah’ oleh budaya barat. Dari sini, kiranya penulis merasa perlu untuk mengembalikan istilah moderen ke definisi yang lebih luas, dengan melihat produk-produk teknologi masa kini.Produk-produk teknologi yang ada pada zaman sekarang ini, memiliki sifat-sifat sbb:
- Lebih baik; ini berarti bahwa produk sekarang lebih baik dari pada produk produk sebelunya.
- Lebih hemat energi dan lebih canggih.
- Mempunyai orientasi jangka panjang, ini berarti bahwa produk-produk sekarang mempunyai daya tahan lama dalam pemakaiannya.
- Menghargai waktu, yakni produk-produk sekarang bisa mempercepat proses kinerja dan aktifitas penggunanya.
- User friendly, yakni mudah digunakan.
- Multi guna, yakni bisa digunakan untuk beberapa fungsi.
- Mandiri, yakni dalam penggunaannya tanpa banyak bergantung pada piranti lain, seperti handphone yang digunakan tanpa bergantung pada kabel.
Dengan melihat sifat-sifat produk masa kini, maka penulis lebih setuju jika moderen didefinisikan sebagai sesuatu yang baru, lebih baik, bermanfaat dan selaras dengan hajat hidup manusia. Dari sini menurut hemat penulis, moderen adalah merupakan nilai-nilai positif dari progresifitas yang ada.Setelah kita tahu arti moderen yang sedemikian rupa, lalu peran apa yang bisa kita bawa dalam modernitas itu sendiri?
Islam dan Modernitas
Dari definisi penulis, bisa diketahui bahwa islam tidak pernah anti terhadap modernitas. Segala sesuatu yang baru, lebih baik, bermanfaat dan selaras dengan hajat hidup manusia adalah mencerminkan nilai-nilai positif dari perkembangan dan kemajuan hidup yang dialami oleh manusia.
Dalam kaitannya dengan hal ini, nabi pernah bersabda "Sesungguhnya dalam setiap awal seratus tahun, Allah mengutus orang-orang yang memperbaharui semangat keagamaan umat Islam" (Hr. Abu dawud & Baihaqi).
Untuk bisa memberikan kebaikan, kemanfaatan dan keselarasan hajat hidup manusia maka peran yang harus kita bawa dalam modrenitas adalah sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh sifat-sifat dari produk-produk(yang sesuai dengan syariat alqur’an dan hadist) masa kini.Yakni, umat Islam terutama para santri harus memiliki sifat-sifat seperti berikut:
Pertama: Santri harus bisa lebih baik dari orang lain (yang bukan santri).
Kedua: Santri harus bisa hemat dalam menggunakan fasilitas dan membelanjakan harta, tidak memubazirkan dan membuang-buang fasilitas dan harta yang ada,serta lebih canggih pemikirannya.
Ketiga: Santri harus mempunyai pemikiran jangka panjang, membuang jauh-jauh pemikiran jangka pendek.
Keempat: Santri harus bisa menghargai waktu, mampu menggunakannya dengan baik, dan mengatur rutinitasnya untuk hal-hak yang positif..
Kelima: Santri harus kreatif, mampu menghadapi bermacam-ragam masyarakat di sekitarnya.
Keenam: Santri harus bisa mandiri, tidak selalu bergantung dan selalu menunggu "jemputan bola" dari orang lain.
Dan jika santri telah memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka itulah yang dinamakan santri moderen sejati yang bisa mewarnai zaman sekarang ini dengan moderen yang sejati pula.
[1] Lihat Prof. DR. Wahbah; Az-Zuhaili, dalam "Qodloya al-fiqhi wal-fikr al-mu’aashir", Daar-el-Fikr Damaskus, cet: I, h; 427-425.