Saya bersyukur kepada Allah, atas nikmat bahwa di zaman sekarang ini tahun 1400 merupakan zaman yang berbeda dengan zaman sebelumnya. Dimana perubahan yang tidak pernah ada sebelumnya telah tampak pada tahun 1400 ini, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : إن الله يبعث إلى هذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها (Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini setiap 100 tahun sekali, seseorang yang memperbarui agama). Jadi setiap 100 tahun umat ini berubah, dan perubahan ini sudah terjadi sebanyak 14 kali karena sekarang merupakan tahun 1400. Adanya perubahan itu seperti halnya muncul ilmu pengetahuan Islam yang sebelumnya tidak pernah terjadi, seperti pada masa sahabat. Oleh karena itu sesudah masa sahabat agama Islam berubah, membutuhkan apa yang disebut tajdid yang artinya memperbarui. Namun pembaruan disini maksudnya adalah mengembalikan umat Islam agar tetap seperti apa yang dialami oleh sahabat. Sehingga mujaddid yang pertama kali tujuannya adalah mengembalikan umat Islam kepada ajaran Nabi, karena Nabi membawa ajaran : 1) Yang diwahyukan melalui al-Qur’an 2) Wahyu yang bukan melalui al-Qur’an seperti hadits. Tapi tuntunan nabi yang diwahyukan oleh Allah tanpa dibaca dan tidak keluar dari al-qur’an yaitu hadits. Sehingga yang dimaksud kembali menganut kepada ajaran nabi artinya berpegangan kepada al-quran & hadits. Maka tajdid yang terjadi pada abad pertama yaitu agar kembalinya manusia terhadap al-quran & hadits yang mana hal ini tergambarkan dengan penulisan dua sumber utama pijakan agama Islam tersebut pada 100 tahun pertama.

""

Pada akhirnya banyak hal terjadi untuk mencari dalil yang tidak ditemukan dalam al-quran & hadits, sehingga muncullah metode qiyas (analogi), yang mana hal ini menunjukkan adanya perubahan kedua pada agama Islam. Kemudian pada abad kedua ini para umat Islam dituntut untuk kembali pada al-quran, hadits, dan qiyas serta ditambah dengan konsensus (ijma’) para ulama’ yang tidak sampai keluar dari al-qur’an & hadits dan menjadi pijakan ulama’ sesudahnya. Sehingga di waktu kemudian ada tambahan ilmu baru, yakni hal-hal yang terjadi tanpa ada dalam al-quran & hadits yaitu dengan qiyas yang disebut dengan ilmu ushul Fiqh. Itu terjadi kapan ? tahun 200, yang jadi mujaddid pada saat itu siapa ? Imam Syafi’i. Kemudian seterusnya pada tahun 300 banyak pengetahuan datang dari luar seperti filsafat, teori akal, dan lain-lain, sehingga pada abad ini umat Islam kembalinya juga pada akal dengan sebutan dalil aqli & dalil naqli yang dari al-quran dan hadits. Pada akhirnya disebut-sebut tahun 100-300 itu sebagai القرون الذهبية (masa keemasan) & kurun ulama’ salaf. Lalu masuk pada tahun 400-an banyak hal-hal baru timbul yang bahkan keluar dari ajaran Islam yang disebut bid’ah. Jadi bid’ah itu terjadi setalah masuk tahun 400. Tahun 400 ini tahun berubah, karena Islam sudah menyebar kemana-mana, di Asia, Afrika, Eropa. Dunia mulai ramai ya saat masa ini, kaena zaman sebelum itu belum ada Amerika, belum ada juga suku Aborigin di Australia. Tapi mulai tahun 400 mulai ada, sehingga banyak bid’ah bermunculan. 100 tahun kemudian Allah berkehendak merubah Islam, karena tahun 500 tampak Imam Ghazali sebagai murid Imam Haromain yang memperjuangkan Islam untuk kembali pada ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, oleh sebab itu beliau mendapatkan julukan hujjatul Islam. Akhirnya kembalilah umat Islam kepada jalan yang semestinya dengan gerakan tajdid Imam Ghazali yang mengarang banyak kitab, diantaranya ; al-Basith, al-Wasith, al-Wajiz dalam fan fiqh syafi’I, dan dalam tasawwuf serta tauhidnya seperti dengan kitab ihya’ ulumuddin. Setelah Imam Ghazali, timbul banyak karangan oleh para ulama entah itu dalam bidang tasawwuf, ushuluddin, tauhid, dan bermacam-macam seterusnya. Jadi banyak bermunculan kitab karangan baru tiap ratusan tahun setelahnya. Tahun 500 ada Imam Rofi’I dan Imam Nawawi, Tahun 700 ada Ibnu Daqiq al-‘Id, tahun 800 ada Imam Bulqini, dan tahun ada Imam Zakariya al-Anshari dan Imam Suyuthi. Imam Suyuthi ini disebut sebagai khotimul muhaqqiqin (penutup para ulama’ ahli tahqiq), sebab ada fan ilmu baru dari beliau yaitu ushulut tafsir (ulumul qur’an).

Dari teori-teori yang telah dihimpun 100 tahun sebelumnya oleh panjenenganipun Imam Bulqini tapi belum selesai, kemudian diteruskan dan diselesaika oleh Imam Suyuthi. Dan itu merupakan ilmu terakhir yang dikarang dan terjadi pada tahun 900, karena setelahnya tiak ada lagi ilmu yang dikarang. Kemudian mengarang kitab besar-besaran terjadi mulai tahun 1000. Jadi kalau ditanya kapan terjadi karangan kitab secara besar-besaran ? Jawabannya itu setelah tahun 1000. Hasyiyah yang besar-besar seperti karangan penjenenganipun al-Khotib dan lain-lain yang asal mulanya itu merupakan matan. Kitab syarh pertama itu dikarang oleh Imam Rofi’I dan Imam Nawawi pada tahun 600, kemudian setelah itu banyak bermunculan ilmu baru, setelah Imam Suyuthi wafat tak ada ilmu baru karena yang ada hanya hasyiyah. Mulai tahun 1100 ini terjadi perubahan pada para ulama’, yakni yang menonjol atau kelihatan adalah dari kalangan ahli bait yaitu para habaib seperti panjenenganipun Imam al-Haddad. Jadi mulai tahun 1100 banyak bermunculan para ulama’ dari kalangan habaib dimana-mana, di Hadhromaut, di Makkah, dll. Lalu tahun 1200 harus diperhatikan pula, siapa yang mengarang syarh kitab ihya’ ? ihya’ itu tak ada yang menyarahi kecuali beliau Sayyid Murtadlo, sampai pesantren-pesantren di Indonesia ramai ya karena mengaji kitab ihya’ ini, dan kalau ngaji kitab ihya’ kita juga tidak boleh meninggalkan syarhnya yang dikarang oleh beliau Sayyid Murtadlo. Termasuk kitab yang dikarang oleh ulama’ dari kalangan ahli bait yaitu nadzom aqidatul awwam. Tidak hanya hafal saja tapi harus faham pula, jadi bila ada santri ditanya berapa jumlah putra-putri Nabi ? kok pakai mikir, padahal sudah jelas وسبعة أولاده فمنهم # ثلاثة من الذكور تفهم….الخ. Kok bisa ditanyai putra-putri Nabi tidak tahu itu ? la terus hafal nadzom itu buat apa ?. Kitab itu semua dikarang oleh para syarif sesudah tahun 1100. Tahun 1100 ada ada Sayyid Alwi al-Haddad, tahun 1200 ada Sayyid al-Murtadlo, lalu tahun 1300 banyak pondok pesantren di Indonesia mulai ramai karena santri-santri dari Indonesia banyak yang pergi menuju ke Makkah. Disana ada banyak ulama’ ternama seperti Sayyid Zaini Dahlan dan Sayyid Syattho, sampai-sampai mereka semua alim nahwu ya karena ngaji kitab Dahlan Jurumiyah dan Dahlan Alfiyyah. Tahun 1300 sudah banyak peringatan, bid’ah tambah bertambah banyak, banyak pula orang Islam yang dijajah, puncaknya tahun 1350-an itu Masjid al-Aqsha jatuh di tangan Bani Isra’il sampai sekarang. Oleh karena itu saya meminta pada kalian agar mengamalkan ajaran Islam yang sesungguhnya supaya bisa kembali pada era salafus sholeh, nek ora pas yo di pas-pasno.

Memang Islam itu agama yang banyak keunikan, keunikannya berupa tidak bisa bercakap-cakap bahasa arab tapi bisa mengarang kitab berbahasa arab dengan bahasa yang fashih. Sebut saja Mbah Fadhol, Mbah Fadhol itu jika dibandingkan dengan saya dalam salaman dengan orang arab itu lebih banyak saya. Beliau Mbah Fadhol itu tak pernah mengaji kecuali kepada ayah beliau dan kepada Mbah Hasyim saja, dan itu hanya bulan puasa saja (ngaji kepada Mbah Hasyim). Tapi kenapa beliau bisa mengarang kitab hingga seperti itu ? Islam itu bukan agama yang khusus, bukan ditentukan pada orang arab dan bukan pula orang ‘ajam, namun merupakan milik semua orang Islam. Orang yang beragama Islam itu rujukannya ya kepada al-quran dan hadits, dimana kedua hal ini bila dijadikan rujukan secara umum itu sulit, oleh karena itu para ulama’ mengarang kitab. Dan anehnya bahasa yang digunakan dalam kitab itu bahasa al-quran yaitu bahasa arab, jadi bila tidak menggunakan bahasa arab itu namanya terjemah. Namun nanti terjemah itu tidak ada, karena Nabi pernah bersabda ; أحبوا العرب لأني عربي والقرأن عربي ولسان أهل الجنة في الجنة عربي, Nabi itu bangsa arab, al-quran itu juga pakai bahasa arab, bahasa penduduk surga itu juga bahasa arab, jadi bila ada orang yang tidak terkait dengan bahasa arab ya sulit masuk surga apa tidak ?. Terkait dengan bahasa arab bukan berarti jadi orang arab, ikut kursus di pare, dan lain sebagainya. Yang pertama mengarang kitab dalam berbagai fan ilmu itu sebenarnya bukan orang arab, dalam fan fiqh itu yang pertama kali mengarang kitab siapa ? Imam Abu Hanifah (Kufah, Irak), dalam fan nahwu ada Imam Syibawaih (Bashroh, Irak), kemudian dalam fan balaghoh itu Imam Jurjani.

BACA JUGA :  Nikmatnya Dzikir

Sekarang Al-Qur’an dan hadits itu siapa yang mewarisi ? tiada lain kecuali ulama’ karena العلماء ورثة الأنبياء. Zaman dahulu itu bila ada orang masuk Islam dari ‘ajam maka pasti ia bisa bahasa arab seperti sahabat Salman al-Farisi, karena tanda orang itu masuk surga adalah bisa bahasa arab, jadi tidak ada yang pakai I’am boy & you is girl, jadi kapan ada orang tidak bisa bahasa arab ya hati-hati ya. Tidak usah kursus arab, yang penting paham kitab-kitabnya para ulama’ meskipun tidak bisa berbicara bahasa arab. Tidak bisa berbicara bahasa arab namun bisa mengarang kitab berbahasa arab seperti Mbah Ihsan Jampes dan Mbah Fadhol. Mengajilah dengan bersungguh-sungguh dan suka pada ulama’, serta tahu situasi dan kondisi saat ini. Tahun berapa sekarang ? 1400, bila ada ulama’ yang wafat maka mereka tidak dapat terganti karena semua sudah sekolah umum. Sekolah yang seperti Madrasah Ghozaliyah dan Muhadloroh itu sudah tidak laku sekarang ini.

Artikulli paraprakBahaya Riya’
Artikulli tjetërAl-Ulama’ Al-Mujaddidun, Refleksi Syari’at Islam Terhadap Perubahan Zaman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini