أَنْتَ حُرٌّ مِمَّا أَنْتَ عَنْهُ وَآيِسَ عَبْدٌ لِمَاأَنْتَ لَهُ فِيْهِ طَامِعٌ

“Engkau merdeka dari segala sesuatu yang tidak kamu harapkan. Dan engkau budak dari sesuatu yang kau inginkan.”

Seorang yang tidak menginginkan sesuatu maka ia menjadi merdeka dari sesuatu tersebut. Sebab orang yang tidak butuh sesuatu itu hanya bergantung kepada Allah saja. Dan siapa saja yang hanya butuh kepada Allah, maka akan dijamin oleh Allah. Semua makhluk akan ditundukkan kepadanya.

Ibnu Athaillah menyatakan dalam kata hikmah yang lain:

“Engkau bersama alam selagi engkau tidak melihat pencipta alam, namun jika engkau  melihat penciptanya, maka alam bersamamu”.

Latihan kerohanian menekankan soal menyerah diri kepada Allah Orang yang maju dalam bidang tersebut adalah orang yang memisahkan dirinya dari pengaruh duniawi dan makhluk sekaliannya, hatinya hanya terikat dengan Allah. Latihan kerohanian mendidik hati agar berpisah daripada diri sendiri yaitu berpisah dengan kehendak diri sendiri, cita-cita, angan-angan dan fikiran lalu masuk ke dalam penguasaan iradat Allah. Orang yang dikuasai oleh iradat Allah, tidak mempunyai kehendak melainkan keinginan mau menghampirkan diri kepada Allah ,maksud dan tujuan hanyalah Allah, fikiran dan renungan hanya kepada Allah tidak ada lagi kekuatan yang tertuju kepada selain Allah. Jika seseorang murid menghadapi kesukaran untuk berserah diri dan bergantung kepada Allah susah pula melepaskan keinginannya serta menghilangkan gambar-gambar benda alam dari hatinya, maka periksalah hati itu pasti akan ditemukan bahwa hati itu mengidap penyakit tamak.

Tamak diibaratkan sebagai benih yang menumbuhkan pokok kehinaan. Dahan-dahan kehinaan akan menjalar dan terhulur ke sana ke mari. Penyakit tamak akan mengikis perasaan malu dan menghapuskan maru’ah diri dan memakaikan pakaian kehinaan kepada orang yang berkenaan. Dia menjadi hina pada pandangan makhluk dan lebih buruk lagi kedudukannya di sisi Allah. Seorang yang tamak melihat seolah-olah rezeki yang diperuntukkan kepadanya tidak ada sepadan, sementara rezeki yang diperuntukkan kepada orang lain masuk ke dalam sepadan rezekinya, sebab itu menjadi haknya untuk mengambil apa yang masuk ke dalam sepadannya.

BACA JUGA :  Hikmah 234 Perbedaan tawadlu’ haqiqi dan tidak haqiqi

Tamak dan sangkaan tidak berpisah. Orang tamak di bimbangkan ke sana ke mari oleh sangkaannya untuk mengejar kebendaan. Dia tidak sadar yang dia sudah menjadi hamba kepada benda, dan orang yang boleh mendatangkan benda itu kepadanya dapat menguasai dirinya itu. Tetapi, dia menyangka dialah yang menguasai benda dan orang tadi, padahal dia tunduk kepada benda dan orang yang menguasai pemilikan benda itu.

Semoga kajian kali ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wallahu A’lam.

 

Artikulli paraprakAngan Kosong Menjauhkan Dari Allah
Artikulli tjetërHukum Permainan Capit Boneka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini