SEMANGAT SUMPAH PEMUDA UNTUK NEGERI
Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober, merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah dan latar belakang bersatu untuk mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Sebagaimana yang KH. Muhammad Najih Maimoen jelaskan bahwa gerakan Sumpah Pemuda ini tidak hanya menandai persatuan para pemuda, tetapi juga menjadi cikal bakal lahirnya perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus, termasuk para santri, mensyukuri lahirnya Sumpah Pemuda menjadi sebuah keharusan agar semangat perjuangan tersebut terus hidup dan menjadi inspirasi dalam mengisi kemerdekaan.
Hari Sumpah Pemuda Sekaligus Hari Kelahiran Mbah Moen
Hari Sumpah Pemuda, juga merupakan hari kelahiran Mbah Moen. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Anwar dan sakaligus pendiri Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyah (MGS). Tentunya dengan restu para Masyayikh Sarang, termasuk Mbah Ahmad, Mbah Imam, dan para Masyayikh lainnya.
Sebagian riwayat lain menyebutkan bahwa Mbah Moen lahir pada tahun 1926 M, bertepatan dengan berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Riwayat ini diperkuat dengan cerita bahwa Mbah Hasyim melakukan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk meminta izin dari para Kyai-kyai sepuh mengenai pendirian NU. Di Jawa Tengah, beberapa Kyai yang Mbah Hasyim datangi antara lain Mbah Syu’aib (Sarang), Kyai Kholil Lasem (kakek Gus Qoyyum), Mbah Baidhowi (Lasem), Mbah Asnawi (Kudus), dan masih banyak Kyai lainnya. Dan pada saat Mbah Hasyim berada di Sarang, Mbah Syu’aib meminta doa barokah untuk Mbah Moen yang masih berada dalam kandungan.
Mensyukuri Lahirnya Gerakan Sumpah Pemuda
Sebagai pemuda, terutama para santri, mensyukuri lahirnya Sumpah Pemuda berarti menghargai upaya dan pengorbanan para pendahulu dalam membangun fondasi kebangsaan. Mensyukuri dalam konteks ini bukan sekadar berterima kasih. Melainkan perwujudan dalam tindakan nyata yang menjaga semangat persatuan, cinta tanah air, dan berkontribusi positif bagi bangsa.
Para santri memiliki peran penting dalam melestarikan nilai-nilai Sumpah Pemuda. Sebagai bagian dari generasi muda yang memiliki bekal pendidikan agama dan akhlak, santri dapat menjadi agen perubahan dengan menyebarkan semangat nasionalisme yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa santri bukan hanya belajar tentang ilmu agama, tetapi juga untuk berkontribusi dalam kehidupan sosial dan kebangsaan.