"Termasuk dari pertamanan syurga adalah majlis dzikir dan ilmu (pesantren)", ungkap beliau Syaikh Dr. Taufiq Ramadlan al-Buthi putra dari asy-Syahid Syaikh Ramadlan al-Buthi dalam kunjungan beliau untuk kedua kalinya di pondok pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Selepas maghrib, beliau memberikan ceramah ilmiahnya dihadapan ribuan santri yang terlihat begitu antusias. Beliau juga menuturkan bahwa kunjungan kali ini adalah ingin mendapatkan mau’izhah hasanah atau nashihah dari Syaikhina Maimoen Zubair. Namun kenyataannya berbalik, ternyata Mbah Moen (sapaan akrab beliau) menghendaki supaya beliau (Dr Taufiq Ramadlan) yang memberikan petuah-petuahnya. Acara tersebut dibuka langsung oleh KH. Abdul Ghofur Maimoen yang bertindak sebagai pembawa acara. Seusai pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Ustadz Wahyudi memimpin para santri melantunkan syi’ir sa’duna biddunya fauzuna bil ukhro yang merupakan syi’ir pujian kepada beliau Sayyidah Khodijah al-Kubro. .Tampak pula KH. Wafi Maimoen sebagai penterjemah pada kesempatan tersebut.

Sebagai seorang santri khususnya santri dari Mbah Moen, patut berbahagia. Sebab, para pencari ilmu agama mendapatkan kemuliaan di sisi Allah ta’ala. Malaikat pun ta’zhim dengan thullab al ‘ilmi dengan cara meletakkan kedua sayapnya di bumi.

Pada saat ini, kita berada dalam musibah yang amat besar. Perpecahan umat muslim berada dimana-mana. Ini merupakan hasil penyusupan yang dilakukan oleh para musuh Islam, entah itu berada di luar atau bahkan musuh yang berada di dalam tubuh Islam sendiri. Inilah yang harus diwaspadai oleh kita sekalian, keluarga dan masyarakat muslim secara luas.

Sebenarnya apa yang menyebabkan perpecahan ini bisa terjadi, khususnya pada umat Islam? Jawaban dari pertanyaan ini adalah syaithan. Syaithan dari kalangan manusia maupun jin telah menjadi musuh yang nyata bagi kita semua.

Seluruh penyebab tersebut tentunya terdapat tameng yang mampu menghalaunya, yaitu dzikrullah. Maka, perbanyaklah untuk berdzikir kepada Allah ta’ala.

يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْراً كَثِيْراً

Memperbanyak dzikir tidak dibatasi dengan jumlah bilangan tertentu, sepuluh, seratus dan seterusnya, tapi lebih kepada memperbanyak dzikir dengan sebanyak-banyaknya, entah melalui lisan maupun hati, di pagi hari maupun petang. Dalam kitabnya Imam Al-Ghazali Adzkar ash-Shabah pun telah dijelaskan demikian, begitu juga dengan keterangan Imam an-Nawawi mengenai dzikir. Pada intinya, segala aktifitas kita senantiasa bedzikir kepada Allah ta’ala.

إِنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَاناً وَعَىَع رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

Dzikir menjadi salah satu instrument penting dalam menghantarkan seorang hamba-Nya memiliki rasa khasyyah atau takut kepada Allah ta’ala. Ini membutuhkan mujahadah dan perjuangan besar guna memperoleh dzikir yang demikian.

Ini adalah tugas yang kita emban untuk senantiasa berdzikir. Dan yang paling utama adalah berdzikir dengan cara membaca Al-Quran. Orang Arab maupun ‘Ajam yang kebanyakan dari orang ‘ajam sendiri masih kesulitan untuk membaca Al-Quran, namun insya Allah mendapatkan banyak pahala sebab al ajru ‘ala qodril masyaqqoh, tambahnya pahala berdasarkan kadar kesulitan.

BACA JUGA :  Sholawat dan Mauidhoh HUT Kemerdekaan RI ke-78 PP Al-Anwar 1 Sarang

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Syaikh Taufiq Ramadlan Al-Buthi melanjutkan, bahwa di negeri Syam pada saat ini sedang porak-poranda dan dilanda berbagai permasalahan. Namun, hari ini banyak sekali yang sudah mulai memperhatikan Al-Quran. Anak-anak, orang tua, perempuan dan laki-laki, semuanya sadar akan pentingnya A-Quran. Orang tua datang ke masjid untuk belajar Al-Quran, anak-anak kecil banyak yang menghafalkan Al-Quran, begitu pula dengan anak-cucu beliau Syaikh Taufiq Ramadhan Al-Buthi. Setiap tahunnya pun diadakan imtihan atau semacam ujian Al-Quran yang diadakan oleh kementrian agama setempat. Hal ini juga sebagai salah satu payung penyelamat bagi rakyat disana.

""

Tentunya, faidah dari menghafalkan Al-Quran itu banyak sekali. Diantaranya, kelak bagi orang tuanya akan mendapatkan mahkota cahaya di akhirat. Iqra’ warqa, bacalah dan naiklah. Ini merupakan perkataan malaikat kepada para penghafal Al-Quran. Seberapa banyak hafalan Al-Quran yang dimiliki, seberapa banyak pula ia menapaki tangga atau derajat yang ada.

Suara qashidah atau nazham yang terdengar sayup-sayup dari mushalla pondok pesantren Al-Anwar, membuat hati beliau Dr Taufiq bahagia dan senang. Sebab, dengan kita membaca qashidah-qashidah tersebut mengindikasikan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, pelajarilah pula sirah nabawi. Lantas, jangan terbatas mempelajarinya saja, tapi kita juga mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya lalu bisa meniru segala aktifitas yang telah dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallamkepada umatnya. Ketika beliau masih kanak-kanak (sekitar umur delapan tahun), beliau diberi kitab Dakhirotul Labib fi Sirotil Habib oleh ayahanda beliau yang menjadi awal bagi beliau untuk selalu berusaha mencintai Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.

Terakhir, beliau menyampaikan kepada para santri untuk mempelajari bahasa Arab. Karena Al-Quran pun menggunakan bahasa Arab. Beliau juga menceritakan bagaimana dahulu kakek beliau Syaikh Mulla al-Buthi yang terkenal akan kewaliannya, selalu menekankan menggunakan bahasa arab dalam lingkup keluarganya menjelang akhir hayat beliau, yang pada mulanya dalam keluarga beliau ada tiga bahasa yang digunakan yaitu Kurdi (yang memang bahasa asli sang kakek), Turki dan juga bahasa Arab. Untuk kemudian, sang kakek melarang keluarganya untuk menggunakan selain bahasa arab. Dr Taufiq al-Buthi berharap, kedepannya, para santri sudah bisa memahami bahasa arab dengan tanpa menggunakan penterjemah jika sewaktu-waktu beliau berkunjung kembali ke pondok pesantren Al-Anwar.

Jangan merasa takut kepada musuh-musuh Allah, karena doa kita senantiasa dikabulkan-Nya. Tapi, takutlah akan berlaku maksiat dan lupa kepada Allah ta’ala. Mintalah kepada Allah supaya kita diberi kekuatan untuk bisa mengamalkannya dan selalu berada dalam penjagaan-Nya, serta kelak digolongkan bersama orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala. Wallahu a’lam bishshawab… (Nbl/gpr)

Artikulli paraprakMembendung Arus Kaum Pelangi
Artikulli tjetërSantri Al-Anwar Observasi Gerhana Matahari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini