نحمد الله الواحد القهار العظيم المتعالي القائل بعد أن خلق السموات والأرض: ائتيا طوعا أو كرها، قالتا أتينا طائعين . ونصلي ونسلم على من عرف قدرته تعالى فحمده وسبحه وعظمه ومجده محمد صلى الله وعلى آله وصحبه وسلم. وبعد:
Banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh segenap saudara-saudara kita mengenai kejadian-kejadian, musibah, fitnah dan sebagai-nya yang menimpa bangsa-bangsa Muslim, khususnya negeri Indonesia. Hal ini muncul setelah peristiwa musibah besar berupa Tsunami yang menimpa Aceh, daerah dengan penduduk mayoritas Islam, serta yang memiliki hubungan erat dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia.
Peristiwa yang terjadi di abad modern itu kemudian disebut menyerupai apa yang terjadi pada kaum Nabi Hud ‘Alaihissalam, bahkan terkadang ada juga yang menganggapnya lebih dahsyat, yaitu sebuah musibah yang sebelumnya belum pernah terjadi. Beberapa pemikiran, analisa, komentar saling bersaing untuk mencoba mencari jawaban dasar kenapa peristiwa itu terjadi. Ada yang menanyakan, apakah peristiwa itu merupakan adzab atau musibah (?), dan hingga kini orang-orang masih mencoba untuk mencari jawaban yang tepat atas semua peristiwa tersebut. Dan pada dasarnya, semua kejadian itu tidak terjadi pada negeri kita saja, melainkan juga terjadi pada negeri Muslim lainnya, dan itu juga menambah permasalahan yang sejatinya akan dibahas ini.
Sejak beberapa waktu lampau, saya pernah berfikir dan hingga kini terus berpikir, dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan realitas sesuai dengan teks Syar’iy – al-Qur’an & al-Hadits – akan tetapi konteks hal ini ada beberapa teks keras dalam mendayagunakan pikiran untuk memahaminya, fahman wa fiqhan, dan juga perlu mencoba untuk mengolah batin untuk mendapatkan jawaban yang bersifat haqiqi.
Yang jelas, semua peristiwa yang terjadi itu merupakan bentuk ayat (wujud eksistensi) dari beberapa Ayat Allah SWT. yang ada, serta kebenaran Rasulullah SAW. Gempa bumi yang terjadi di depan mata kita, tanpa ragu, merupakan Ayat Kauniyyah yang nyata, yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT dan Dia menakut-nakuti umatnya dengan kejadian itu.
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.”(QS. Al-Isra’;59).
Allah SWT. menunjukkan wujud-eksistensi-Nya adakalanya melalui jalur Sam’iyyah dan adakalanya melalui Kauniyyah yang nyata serta konkrit dan terlihat oleh mata kita. Pada jalur Sam’iyyah, dijelaskan bahwa Allah SWT. menakut-nakuti hamba-Nya dan mereka (para hamba) merenungkan semua itu.
ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ
“Demikianlah Allah mempertakui hamba-hambaNya dengan adzab itu. Maka bertaqwalah kepada-Ku hai hamba-hambaKu.” (QS. Az-Zumar:16).
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran:7).
Sedangkan orang-orang yang pemahaman dan pemikiran-nya masih jauh dari petunjuk Allah SWT maka akan semakin jauh dan sesat.
وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ ۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا
“Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam al-Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (QS. Al-Isro’:60).
Kepada orang-orang yang mau merenung tadi, Allah SWT menurunkan Ayat Kauniyyah sebagai rahmat bagi mereka supaya ada kejelasan atas orang-orang yang belum sepenuhnya dapat menangkap Isyarat (langit); jika orang-orang yang diri untuk kembali ke jalan Allah SWT, maka Allah pun akan menerima dan mengampuni mereka, serta akan membuka tabir-tabir lainnya. Sebaliknya, jika orang-orang tetap mendustakan semua itu, maka Allah SWT adalah Maha Melakukan Sesuatu atas mereka, sesuai yang Ia kehendaki.
فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.”(QS. Al-An’am:43).
وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُم بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan adzab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepadaNya) dengan merendahkan hati.”(QS. Al-Mu’minun: 76).
Kemudian, jika ia mendalamkan pemahaman kita atas ayat-ayat al-Qur’an, maka kita akan mendapatkan pemahaman bahwa segala peristiwa yang terjadi di sekitar kita ini seolah-olah dibacakan atas kita Ayat dan wujud-eksistensi Allah SWT. dan dari hal ini makin bertambahlah keimanan dan keyakinan dalam dada orang-orang mu’min.
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“…dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 02).
Orang-orang yang tidak berfikir (al-Jahilun) akan tetap berada dalam ketidakberpikiran mereka sekalipun telah ada Ayat Allah SWT tadi, baik yang sam’iyyah maupun Mar’iyyah (nyata, terlihat). Sedangkan orang-orang yang bertaubat maka mereka akan menjadi tunduk kepada Allah SWT dan mengikuti jalan orang-orang Mu’min.
Bersambung ke : Tsunami, Adzab atau Musibah (?) { Bagian 2 }