خف من وجود إحسانه إليك ودوام إساءتك معه أن يكون ذلك استدراجاً سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

“Takutlah jika kamu selalu mendapat kebaikan-kebaikan dari Allah, sedengkan kamu tetap dalam kemaksiatan, jangan sampai kenikmatan itu menjadi istidraj dari Allah. Allah berfirman “Akan Kami tarik mereka berangsur-asur dengan cara yang mereka tidak ketahui”

            Kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba bermacam jenisnya. Bisa kenikmatan itu berjenis karomah (kemuliaan) dari Allah atau orang jawa lebih biasa menyebutnya dengan “keramat”. Kenikmatan jenis ini diberikan Allah kepada hambanya yang senantiasa taat kepada Allah. Kita bisa mencontohkan  nikmat ini pada auliya (wali) Allah, Ulama yang mengamalkan ilmunya. Dengan karomah orang-orang akan semakin yakin akan keistimewaan hamba Allah yang Ia kasihi.

            Kebalikan dari nikmat jenis karomah adalah jenis nikmat istidraj. Seorang yang diberi nikmat oleh Allah tapi senantiasa bermaksiat dan masih mengicipi nikmat, maka seharusnya khawatir itu adalah kesengajaan Allah kepada hamba yang semakin menjadi-jadi dan jauh dari Allah, maka ia akan terpuruk dengan sangat dalam di penghujungnya. Allah berfirman:

سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

“Akan kami tarik mereka secara berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui. (QS. Al-A’raf:182).

            Istidraj adalah mengulur dan memberi kenikmatan terus-menerus supaya ia bertambah lupa kepada Allah. Ia dibiarkan bergelimang kenikmatan agar dosanya semakin menumpuk-numpuk dan tuntutan syukurnya lebih banyak. Ia sengaja dibiarkan merajalela menuruti hawa nafsunya, sehingga ketika ia tenggelam dalam kenikmatan itu tiba-tiba oleh Allah ditangkap, semua di cabut dengan seketika. Allah berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

BACA JUGA :  KEBODOHAN : Salah Masih Merasa Benar

Maka ketika mereka sudah lupa apa yang diperingatkan oleh Allah (lupa bersyukur) maka Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu segala sesuatu, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan Allah, maka Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, akhirnya mereka terdiam putus asa (dari rahmatnya).(QS. Al-An’am:44)

            Contohnya, seorang yang diberi harta dan hendak berzina, lalu dipermudah oleh Allah, uang disiapkan, hotel disediakan. Itu istidraj dari Allah. Walau dibuat maksiat, ia tetap diberi harta oleh Allah karena dunia ini tidak ada artinya di sisi Allah.

            Orang-orang kaya yang diberi nikmat harta, merasa bahwa dirinya dimuliakan dan dicintai Allah. Mereka merasa bahwa banyak harta adalah karomah. Meraka berpesan “Buat apa beribadah, shalat, hadir majlis ilmu sedangkan saya sudah dicintai Allah”, hartaku sudah banyak. Sedangkan yang taat shalat adalah orang yang miskin. Padahal kekayaan adalah tipu daya dari Allah yang menyeretnya pada kesombongan dan membuatnya merajalela menuruti hawa nafsunya dan lupa diri kepada Allah. Ia diseret pada kesengsaraan sedangkan ia tidak sadar.

            Mukmin sejati harusnya tetap khawatir atas nikmat, jika mana nikmat itu adalah istidraj. Mereka tidak sombong dengan karunia nikmat itu. Ia semakin mensyukurinya sehingga nikmat itu mendekatkan kepada Allah.

          Sohibul hikmah, Ibnu Athaillah berdoa:

اللهم إني أعوذ بك من السلب بعد العطاء

            Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dicabutnya kenikmatan setelah diberi.

   Semoga kita dilindungi oleh Allah dari bahaya istidraj… Aamiin.

 

 

Artikulli paraprakKONTROVERSI HAJI BADAL DI INDONESIA
Artikulli tjetërKEGIATAN SANTRI BARU

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini