Juga dibukanya kesempatan kepada kaum perempuan untuk menuntut ilmu,

عَنْ أبِي سَعِيْدٍ جَائَتْ امْرَأةٌ إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيْثِكَ فَاجْعَلْ لَناَ مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيْكَ فِيْهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ فَقَالَ اِجْتَمِعْنَ فِى يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِى مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَأتـَاهُنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ الله. (رواه البخاري)

“Dari Abu Sa’id, telah datang seorang perempuan kepada Rasulullah saw. dan ia berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang laki-laki pergi (mempelajari) hadismu, maka jadikanlah (luangkanlah) untuk kami dari dirimu (waktumu) sehari (dimana) kami bisa menjumpaimu pada hari itu dan engkau mengajarkan kepada kami apa yang telah Allah swt, ajarkan kepadamu.” Rasulullah menjawab, “Datanglah pada hari ini, di tempat ini dan ini.” Maka mereka berkumpul dan Rasulullah saw. mendatangi mereka lalu mengajarkan apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau.” (HR. Al-Bukhari)

Ditempatkannya seorang Ibu pada derajat yang lebih tinggi daripada seorang Ayah,

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا

Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan….” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ. (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., lalu ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” “Ibumu” “Siapa lagi?” “Ibumu” “Siapa lagi” “Bapakmu.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

BACA JUGA :  Wanita Istihadlah dan Haidl, Apakah Wajib Sholat?

Dan juga dijadikannya seorang istri sebagai pembawa rahmat dan kedamaian bagi keluarga.

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum:21)

Berdasar uraian diatas kita dapat mengambil kesamaan dalam dua perspektif. Seorang wanita memiliki hak yang sama seperti halnya laki laki. Baik dalam pendidikan, pekerjaan ataupun yang lainnya. Namun juga harus sesuai dengan derajat seorang wanita sebagai seorang muslimah, dan tidak melupakan tugas utamanya sebagai seorang istri atau ibu rumah tangga.

Diintisarikan dari buku “Peran dan Posisi Wanita dalam Islam: Perbincangan Feminisme dan Kritik Bias Gender” karya K.H. Muhammad Najih Maimoen

1
2
Artikulli paraprakPERINGATAN MAULIDIYYAH DAN HARLAH KE- 56 PONDOK PESANTREN AL-ANWAR 1 SARANG
Artikulli tjetërMenjawab Semua Hal tanda Kebodohan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini