ما أرادت همة سالك أن تقف عند ما كشف لها إلا و نادته هواتف الحقيقة الذي تطلب أمامك و لا تبرجت ظواهر المكونات إلا و نادتك حقائقها إنما نحن فتنة فلا تكفر
Tidaklah seorang Salik (orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah) berkeinginan untuk berhenti saat ia mendapatkan hal yang ia inginkan kecuali diperingatkan oleh suara hakikat “ hal yang kamu cari (mendekat kepada Allah) masih jauh berada didepanmu” dan tidaklah keindahan dunia tampak kepadamu kecuali kamu diperingatkan “ sesungguhnya kami (Dunia) adalah Fitnah maka janganlah engkau sampai mengkufuri ni’mat (dengan tidak bersyukur)”.”
Ketika seorang hamba mendapatkan ni’mat yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya seperti orang yang dulunya ahli maksiat lalu Allah SWT menjadikannya mudah untuk melakukan kebaikan, ibadah, lalu ia merasa bahwa dia saat itu menjadi orang yang baik maka akan muncul “Hatif (perkara yang metafisik)” yang mengingatkannya ”hal yang kamu cari masih berada didepanmu (belum kamu capai) janganlah berhenti sampai disini! Teruslah maju!” karena setan selalu mengintai dirinya, kalau ia berpuas diri dengan apa yang dia dapatkan sekarang maka setan akan berusaha untuk menjerumuskannya, oleh karena itu ia harus selalu memperbaiki diri dan terus melakukan hal-hal yang baik, tidak boleh berpuas diri dengan maqam (kedudukan), keramat-keramat yang ia dapatkan, ia harus selalu maju untuk membuat dirinya semakin taat dan semakin dekat kepada Allah SWT.
Setan dalam menggoda manusia itu tidak hanya menggunakan satu metode, akan tetapi disesuaikan dengan orang yang menjadi targetnya, kalau orangnya ahli maksiat maka setan akan terus menjerumuskannya kedalam kemaksiatan, ia akan menawarinya dengan maksiat-maksiat yang lain sehingga si hamba akan sulit untuk keluar dari kemaksiatan, tapi kalau yang digoda adalah orang baik maka setan akan menggodanya dengan mengagungkan amal-amalnya si hamba, menganggapnya sebagai orang yang terbaik, sehingga dihati orang ini akan timbul rasa sombong dan merasa sudah cukup dengan apa yang telah ia dapatkan dan berhak untuk mendapatkan derajat yang tinggi.
Untuk mengatasi godaan-godaan tersebut kamu harus selalu ingat bahwa kamu belumlah dekat dengan Allah SWT, jalanmu untuk mendekat kepadanya masih sangat panjang, contoh dulunya kamu belum mondok lalu sekarang kamu mondok dan menjadi orang yang lebih baik atau kamu dulunya ahli maksiat, lalu sekarang kamu bisa menjadi seorang ahli ibadah yang taat, bisa sholat malam dan ibadah-ibadah yang lain tetapi kamu masih sering teringat dengan hutang-hutangmu dan urusan duniawi lain saat sedang melaksanakan sholat maka tidak layak bagimu untuk berpuas diri, kamu belumlah dekat dengan Allah SWT, kamu masihlah berada dalam perjalanan untuk menggapainya.
Salah satu agar kita tidak tergoda oleh setan adalah dengan belajar menggunakan metode yang dipakai oleh Ulama’-Ulama’ salaf, bagaimana mereka bisa ma’rifat kepada Allah dengan Haqqul Ma’rifat.
Untuk orang yang masih awam (belum belajar ilmu agama) Ia bisa mempelajari ilmu tauhid, sifat-sifat Allah beserta dalil-dalilnya, kenapa Allah harus mempunyai sifat Qudrot dan sifat-sifat yang lain, sedangkan untuk orang yang sudah berilmu adakah dengan menjadikan ilmunya sebagai wasilah agar ia bisa mencintai Allah dan mendekat kepadanya seperti yang dilakukan oleh Imam Ghozali, Imam Ar-Rozi dan Ulama’ salaf lainnya.
Jadi hal yang digunakan untuk menghindar dari godaan Setan bukan hanya akal sehat, ia harus didukung oleh hati yang dipenuhi oleh iman, sadar bahwa dirinya banyak maksiat dan ia bisa melakukan ibadah murni karena mendapat taufiq (pertolongan) dari Allah SWT.
Abdullah bin Mubarok adalah seorang ahli hadist dan orang yang kaya raya, beliau adalah murid dari Sayyidina Fudhail bin ‘Iyadh yang merupakan ahli ibadah, Abdullah bin Mubarok merupakan seorang yang ahli shodaqoh, berhaji setiap tahun, meskipun demikian beliau ketika akan meminum air Zamzam saat berhaji beliau menerangkan :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ماء زمزم لما شرب له
Artinya: Rosulullah SAW bersabda:”Air Zamzam itu memberi manfaat sesuai dengan niat saat meminumnya”
Beliau berkata: “Saya meminum air ini (Zamzam) agar saya tidak kehausan dihari Kiamat”, beliau merasa bahwa beliau sangat mungkin tidak selamat dihari Kiamat, berbeda dengan orang sekarang, ketika sudah berhaji ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang terbaik, sudah mendapatkan jaminan aman dan selamat di akhirat, akhirnya saat ia meminum air Zamzam yang ia niatkan adalah mendapatkan kekayaan dan hal duniawi lainnya, Abdullah bin Mubarok tidaklah demikian, beliau sadar bahwa Akhirat itu lebih baik daripada Dunia, akhirnya beliau tidak memikirkan Dunia sama sekali sehingga niat beliau saat meminum air Zamzam adalah agar selamat di Akhirat.
Inilah perilaku para Auliya’ (Kekasih Allah), mereka ketika semakin dekat kepada Allah meraka merasa bahwa perjalanan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah itu masihlah jauh.
Selain itu kamu haruslah sadar bahwa kamu bisa menjadi baik itu bukan karena usahamu sendiri, akan tetapi semua itu karena nikmat dan taufiq (pertolongan) dari Allah SWT, kamu harus mensyukuri nikmat itu.
Sebenarnya syukur yang dilakukan oleh hamba itu tidak sebanding dengan nikmat-nikmat yang Allah SWT berikan, karena begitu besar dan banyaknya nikmat yang didapatkannya, oleh karena itu ia sangat tidak layak untuk merasa sombong, merasa bahwa dirinya adalah yang terbaik. seperti kanjeng Nabi Muhammad SAW, beliau tidak pernah merasa menjadi orang besar, beliau bersabda:
أنا سيد الأولين و الأخيرين ولا فخر
Aku adalah tuan dari orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akhir dan sama sekali tidak ada rasa bangga
Akhirnya beliau menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah SWT, ketika beliau ditanya oleh sayyidah Aisyah setelah beliau sholat sampai kakinya bengkak:
يا رسول الله أتصنع هذا وقد غُفِرَ لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر ؟
Wahai Rasulullah apakah engkau masih melakukan hal ini (ibadah sampai kakinya bengkak) padahal Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan terjadi?
Nabi Muhammad SAW menjawab:
يا عائشة أفلا أكون عبدا شكورا
Apakah tidak boleh kalau aku termasuk hamba yang bersyukur?
kita harus meniru junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau adalah manusia terbaik, Rasul, raja, ahli ibadah dan sebagainya beliau tidak berhenti untuk berbuat baik, beliau masih terus beribadah sampai kakinya bengkak, hal itu beliau lakukan karena beliau mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, jadi bagaimanpun keadaan kita, sebaik apapun kita, kita haruslah tetap istiqomah beribadah kepada Allah SWT.
Ngaji Hikam KH. Ahmad Wafi Maimoen