Pengabdiaan pada NKRI
Para penjajah sangat ketakutan berhadapan dengan para ulama’ yang mensuarakan semangat jihad di jalan Allah SWT, oleh sebab itu dengan segala cara mereka menjauhkan umat Islam dari agamanya. Mereka meracuni umat islam dengan pemikiran ini dan itu serta adu domba dengan sesama muslim. Mendukung sebagian kelompok Islam untuk mendirikan organisasi jami’iyah guna menyerang amaliyah umat islam lain dengan dalih anggapan melenceng dari ajaran Islam yang sesungguhnya, menuding sebagai pengamal bid’ah, khurafat, dan amalan syirik. Jika sudah terjadi penyerangan maka akan timbul ketegangan antar umat Islam. Mereka saling menyerang dan adu hujjah yang tiada hentinya. Mereka mendukung adanya sistem kasta, yang sudah terbangaun dengan masayarakat Hindu, untuk mengkotak-kotak umat Islam, padahal umat Islam sejatinya satu. Tidak ada derajat tinggi kecuali bengunan ketakwaan oleh seorang hamba kepada tuhanya.
Van Der Plas merupakan seorang tokoh yang mendapat misi untuk memecah belah umat Islam dengan sebuah strategi memberikan masukan dan dukungan supaya pihak yang mendapat serangan mendirikan organisasi sejenis dengan tujuanya untuk melawan kelompok yang menamakan dirinya ingin kembali ke al-Qur’an dan al-Hadist, dengan berbagai alasan dan juga sudah meminta petunjuk dari Allah SWT, akhirnya Jami’iyah itupun berdiri. Semuanya berdiri semata-mata dengan dalih ingin mencari ridho Allah SWT, dan ingin membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah yang sudah menjamur sekian lama.
Awal-awal keemasan Kerajaan Islam
Sebelum adanya Statemen atau pemikiran yang menamakan dirinya ingin kembali kepada al-Sunnah, umat Islam di Nusantara sulit terkalahkan atau terpetak-petak kekuatanya oleh Belanda, seperti Awal-awal keemasan Kerajaan Islam di Aceh, Demak, Mataram, dan Cirebon. Mereka mengamalkan Islam dengan satu wadah, yaitu ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalm satu komando, seorang yang dipercaya pihak kesultanan untuk memimpin masalah keagamaan seperti menjadi mufti, semisal Syaikh Yusuf al-Maqossari, Syaikh Abdurouf al-Singkeli, dan Syaikh Arsyad al-Banjari.
Kerena berasal dari sumber yang sama al-Qur’an dan al-Sunah, serta guru yang sama juga, maka kompeni atau bangsa penjajah merasa sakit hati ketika meraka bersatu lagi dengan mengangkat senjata, akhirnya dengan persatuan umat islam dari Sabang sampai Merauke yang berasal dari berbagai aliran baik yang Religius maupun yang Nasionalis, maka Allah yang maha kuasa melimpahkan rahmat dan karunianya pada bangsa dan negara Indonesia memperoleh kemerdekaan dari ipoleksosbudhamkan dan agama. Terbebas dari segala penjajahan yang Imperialis Barat Katolik dan Prosentan ataupun Imperialis Timur Kekasiaran Shinto Jepang ciptakan pada tanggal 9 Ramadhan 1364 H, Jum’at legi, 17 Agustus 1445 M. Saat bangsa Indonesia berada dalam kegentingan sebab bangsa penjajah ingin kembali lagi menjajah, umat Islam juga bersatu padu melalui Ulama dan para Pejuang, di antaranya adalah Panglima Besar Jendral Soedirman dan Bung Tomo (keduanya berasal dari pulau Jawa).