Tahun baru merupakan salah satu even yang sangatlah dinanti bagi banyak kalangan terutama kalangan muda-mudi. Banyak sekali bentuk perayaan yang diadakan dalam menyambut datangnya tahun baru ini sepertihalnya dari para pengusaha yang memanfaatkannya untuk membuat promo untuk menanggapi besarnya euforia dari banyak kalangan dalam momen tersebut. Dengan datangnya tahun baru seakan menjadi tanda sudah terlewatnya masa sulit yang telah dilalui sehingga sepertihalnya menandakan sudah datang saatnya untuk bersenang-senang dan melupakan semua kesulitan yang telah dilalui.

       Hal yang patut menjadi sorotan kita dalam riuh dan hebohnya momen tahun baru ini adalah berbagai bentuk perayaan yang diadakan oleh mayoritas orang pada umumnya. Dalam merayakannya, banyak dari berbagai kalangan seakan terlalu berlebihan. Mulai dari menyalakan kembang api, mengadakan konser, berpesta dan meniup trompet yang diselenggarakan di berbagai tempat. Dalam beberapa model perayaan di atas sangat minim sekali nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya.

       Jika ditinjau lebih dalam, perayaan-perayaan tersebut justru menimbulkan perkara negatif yang banyak sekali. Dari menggunakan petasan kembang api saja dapat timbul pemborosan yang sangat banyak. sebagai cotoh saja, di sidney, australia pada perayaan tahun baru 2016 menghabiskan lebih dari 6 juta dollar AS (sumber: tirto.id, 1 Januari 2017). betapa banyaknya nilai tersebut. Lalu kira-kira berapa jumlah uang yang digelontorkan jika itu di tahun 2020 ini? Hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan ajaran islam berupa tidak berlebihan dan menghambur-hamburkan harta benda untuk tujuan yang remeh seperti kandungan dalam dua ayat berikut:

وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.””(QS. Al A’rof 31)

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudaranya syaitan”(QS. Al Isro’ 26-27)

       Dalam penggunaan terompet, topi-topi perayaan, dan berbagai atribut perayaan tahun baru lainnya juga termasuk pemborosan. Dari sini juga akan menombulkan sampah yang tidak terhitung jumlahnya. Hal sepertihalnya yang terjadi di Jakarta pada tahun 2019 lalu yang mana jumlah sampah dari perayaan tahun baru mencapai 327 ton (sumber: CNN Indonesia, Selasa, 01/01/2019). Di era yang semakin modern ini sampah termasuk problem yang sangat serius dan sulit untuk ditangani karena membludaknya sampah dan lambatnya proses daur ulang dan hancurnya sampah tersebut. Lalu buat apa kita menambah beban untuk masalah yang belum terselesaikan hanya untuk kesenangan yang bersifat sementara ini?

       Realita yang ada dalam prosesi perayaan tahun baru pun patut untuk diperhatikan. Banyak sekali kemaksiatan timbul entah itu hubungan lawan jenis tanpa status, mabuk-mabukan dan berbagai huru-hara yang terkadang menimbulkan kemacetan dan kekacauan yang dilakukan kalangan muda-mudi. Even tahun baru seakan dibuat ajang untuk berlomba-lomba dalam melakukan maksiat. Seprtihalnya berita hangat dekat ini yang mengabarkan adanya 59 remaja yang tertangkap akan melakukan open BO (booking out) bahkan sampai mengadakan diskon besar-besaran special edisi tahun baru (sumber: detiknews, Kamis, 17 Des 2020). Miris sekali rasanya melihat bejatnya moral generasi muda dewasa ini.

BACA JUGA :  ADA APA DENGAN RIBA?

       Guna menanggapi hal ini, kita seharusnya lebih bijak dan menelaah lebih dalam terlebih dahulu tentang berpartisipasi dalam suatu perayaan agar tidak dengan mudahnya kita terseret dalam riuhnya suasana perayaan tersebut dan tanpa tahu-menahu baik serta buruknya hal itu. Setelah kita tahu bahwa itu memiliki unsur tidak baik, sudah seharusnya bagi kita untuk tidak ikut-ikutan  dan bahkan mewanti-wanti kepada kerabat dan teman dekat agar tak terseret pula. Lalu  pantaskah bagi kita ikut bersukaria dan heboh  dalam semaraknya pesta perayaan tahun baru ini? ikut dalam perayaan yang sedikit sekali manfaat di dalamnya?

       Dalam ajaran islam sendiri sudah ada anjuran tentang beberapa hal guna menanggapi datangnya tahun baru yang berupa mengisinya dengan berbagai hal positif seperti berdoa agar semakin baiknya diri kita di tahun yang akan datang, bersedekah, memperbarui semangat dan optimis dalam mengahadapi tahun yang akan datang serta berbagai hal positif lainnya. Maka dari itu, tidak perlu lah kita merayakannya dengan terlalu berlebihan dan terkesan sangat heboh seperti kebanyakan orang.

       Sudah sewajarnya bagi seorang muslim -khusunya bagi kalangan santri yang notabene mempelajari agama secara mendalam- untuk terus berinstropeksi dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik. Bukankah dengan adanya tahun baru kita bisa buat itu sebagai salah satu acuan agar kita lebih baik kedepannya? Dengan selesainya tahun ini kita bisa instropeksi diri dan menyusun rencana untuk tahun yang akan datang agar lebih dari tahun yang telah kita lewati ini. dalam kasus ini ada hal menarik yang bisa kita ambil ibrah dari kandungan QS. Al Insyirah ayat 7-8 berikut:

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَ اِلٰی رَبِّك فَارغَب (8)

“Apabila engkau telah selesai (dari sebuah urusan), maka bersungguh-sungguhlah (untuk urusan yang lain). dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

       Disini dijelaskan bahwa setelah kita melawati suatu hal sepertihalnya tahun yang telah terlewati ini, maka hendaknya kita bergegas dan menuju hal baik lagi kedepannya. Tak lupa kita juga diperintahkan agar selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT semata. Dalam konteks tahun baru, ayat ini seakan memberi isyarat secara gamblang tentang apa yang seharusnya kita lakukan. Wallahu a’lam.

Artikulli paraprakMengucapkan Selamat Natal Dan Tahun Baru Bagi Umat Islam Haram Menurut Empat Madzhab
Artikulli tjetërTahun Baru Masehi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini