Agresi Militer I dan II
Misi belanda kembali menjajah bersama dengan sekutu yang terkenal dengan Agresi Militer. Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1945 samapi 5 Agustus 1947 M. kemudian Agresi Militer II pada tanggal 19-20 Desember 1948. Dalam Agresi militer ini, banyak daerah yang belanda kuasai, seperti Sumatra Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur. Di daerah Sumatra Timur daerah yang mereka serang Tembakau, di Jawa Tengah mereka mengusai seluruh pantai Utara (pantura) dan Jawa Timur sasaran utamanya adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Dengan adanya Resolusi Jihad yang kiai Hasyim Asyari fatwakan, maka hal itu mejadi pecut kesemangatan umat islam dalam melawan penjajah. Para kiai dan santri, terlebih berasal dari Pulau Jawa berbondong-bondong mengangkat senjata untuk ikut berjihad, termasuk almagfurlah KH. Zubair Dahlan bersama dengan putranya almagfurlah KH. Maimoen Zubair. Pesantren banyak yang kosong sebab kiai dan santrinya ikut serta dalam berjuang mengusir penjajah yang ingin kembali lagi.
Pasukan Almagfurlah KH. Zubair Dahlan
Almagfurlah KH. Zubair Dahlan ikut serta dalam merebut kemerdekaan Negara Replublik Indonesia dan mempertahankanya ketika ada Agresi Mileter Belanda. Beliau pernah mendapat amanah untuk sebagai pemimpin pasukan/pejuang yang ada di sarang. Ia mendapat amanah untuk memimpin pasukan sebanyak seratus orang.
Ketika Jepang datang dan hendak menggempur Pesantren Sarang, sebagai markas pejuang Militan, Almagfurlah KH. Zubair Dahlan mengajak kiai Sarang, santri dan pasukanya untuk berdo’a, membacakan Qunut Nazilah supaya Allah menjaga wilayah sarang dari kebringasan Jepang. Ketika do’a dipanjatkan, Allah pun mengabulkan do’a tersebut. Tentara Jepang tidak jadi menggempur Pesantren Sarang. Allah membutakan mata hati para tentara Jepang, sehingga tidak meluluskan niatnya tersebut, padahal di sana-sana, yang ada pesantrenya banyak yang jepang gempur dan hujani peluru seperti halnya Pesantren Tebuireng, Pesantren Lasem, dan Pesantren Krapyak. Pesantren yang sudah Jepang gempur akan meliburkan proses belajar mengajarnya hingga kondisi stabil kembali, demi sebuah keamanan.
Para pejuang yang berada di bawah kepimpinan Almagfurlah KH. Zubair Dahlan menurut hormat dan mengidolakanya. Wilayah Sarang selama di bawah kepemimpinannya tidak pernah terjadi kontak senjata antara pejuang dengan penjajah. Jika terpaksa harus adu senjata, maka adu senjata tersebut akan berlangsung di luar Wilayah Sarang, semisal Lasem, dan Kragan (perbatasan Sarang bagian Barat) serta Tuban(perbatasan Sarang wilayah Timur, masuk wilayah Jawa Timur. Menurut cerita KH. Muhammad Idror MZ salah satu faktor keamanan Sarang adalah dari adu senjata antara pejuang dan penjajah. Almagfurlah KH. Zubair Dahlan pernah memasang Azimat/doa di perbatasan Sarang yang sulit terjamah oleh kaum penjajah. Allah SWT telah membentengi Wilayah Sarang dari Penjajah.
Resolusi Jihad
Resolusi Jihad yang Kiai Haji Hasyim Asy’ari fatwakan mampu mengobarkan semangat Bung Tomo dengan pekikan takbirnya, dengan berkobar-kobar ia membakar semangat pasukanya untuk melawan Inggris dan pasukannya yang mau menguasai Surabaya. Korban berjatuhan dengan jumlah tidak sedikit, sekitar 20 ribu dari pihak Replublik Indonesia, sedangkan dari pihak dari sekutu ada 1500 orang.
Sekutu dipermalukan bangsa Indonesia sebab mereka kehilangan dua jendral terhebatnya, yaitu Brigadir General Auetin Walther Shother Mallaby dan Brigadier Generel Robert Guy Loder Symonds, sebab dalam catatan sejarah, sebagaimana yang dikisahkan oleh kiai Hamid Baidlowi dalam sebuah ceramahnya bahwa Inggris belum pernah mengalawi pristiwa tewasnya seorang jendral tebaiknya. Bahkan menurut sebuah sumber yang membunuh jendral Mallaby tersebut adalah sorang santri yang ikut berjihad, yaitu santri Kiai Haji Hasyim Asy’ari, bukan sorang ABRI atau perwira tinggi kenegaraan. Hal ini menunjukkan bagaimana kecintaan umat Islam terhadap bangsanya. Mereka mencintai tanah airnya karena itu perintah Agama, sebagian dari iman.
Pristiwa Resolusi Jihad yang menjadi sejarah penting atas keterlibatan kiai-santri dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini diabadiakan sebagai Hari Santri Nasional, yaitu hari Santri jatuh setiap tanggal 22 Oktober. Sedangkan pertempuran sengit antara arek-arek surabaya melawan sekutu diperingati sebagai hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November di setiap tahunya.
Penetapan Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri, tentu membawa angin segar bagi santri di seluruh Indonesia. Melalui keputusan ini, eksistensi dan kontribusi santri sudah tidak bisa kita ragukan lagi. Karena itu, Hari Santri di tahun 2024 M ini harus bisa menjadi momentum spesial untuk menunjukkan eksistensi santri kembali sebagai sebuah entitas yang tidak bisa terlepas dari peradaban Indonesia. Mengingat, Oktober sebagai bulan lahirnya hari santri juga mempunyai relevansi tersendiri dengan Islam.