Wasilah adalah segala sesuatu yang Allah jadikan faktor untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai media untuk mencapai kebutuhan. Barometer dalam bertawassul adalah bahwa sesuatu yang menjadi wasilah itu memiliki kedudukan dan kemuliaan di mata yang ditawassulkan.

Lafadz al-wasilah dalam ayat di atas bersifat umum sebagaimana anda lihat. Lafadz ini mencakup tawassul dengan sosok-sosok mulia dari kalangan para Nabi dan sholihin, baik di dunia maupun sesudah mati dan tawassul dengan melakukan amal shalih sesuai dengan ketentuannya. Tawassul dengan amal shalih ini dilakukan setelah amal ini dikerjakan.

Dalam hadits dan atsar yang akan Anda dengar terdapat keterangan yang menjelaskan keumuman ayat di atas. Maka perhatikan dengan seksama agar kita bisa melihat bahwa tawassul dengan Nabi sebelum wujudnya Nabi Muhammad dan sesudah wujud di dunia, sesudah wafat dalam alam barzakh dan sesudah dibangkitkan di hari kiamat.

Nabi Adam Bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW

Di dalam sebuah hadits terdapat keterangan bahwa Nabi Adam AS bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Al-Mustadrok, Imam Al Hakim berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Ketika Adam melakukan kesalahan, ia  berkata Ya Tuhanku, Aku mohon kepada-Mu dengan haqnya Muhammad agar Engkau mengampuniku.” Allah berkata; Wahai Adam bagaimana engkau mengenal Muhammad padahal Aku belum menciptakannya. “Wahai Tuhanku, karena ketika Engkau menciptakanku dengan kekuatan-Mu dan Engkau tiupkan nyawa pada tubuhku dari ruh-Mu, maka aku tengadahkan kepalaku lalu saya melihat di kaki-kaki Arsy terdapat tulisan “Laa Ilaaha illa Allah, Muhammadur Rasulullah”, maka saya yakin Engkau tidak menyandarkan nama-Mu kecuali pada nama makhluk yang paling Engkau cintai,” jawab Adam. “Benar kamu wahai Adam, Muhammad adalah makhluk yang paling Aku cintai. Berdo’alah kepada-Ku dengan haqnya Muhammad maka Aku ampuni kamu. Seandainya tanpa Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu,” lanjut Allah.

Terdapat hadits dari jalur lain dari Ibnu ‘Abbas dengan redaksi:

فَلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة ولا النار

Artinya; ”Jika tidak ada Muhammad maka Aku tidak akan menciptakan Adam, surga, dan nereka.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

BACA JUGA :  Intropeksi diri sebelum terkenal
Hadits Pendukung Tawassulnya Nabi Adam

Hadits yang mendukung tawassulnya Nabi Adam adalah hadits yang Ibnu Al Mundzir keluarkan  dalam tafsirnya, dari Muhammad ibn ‘Ali ibn Husain, ia berkata, “Ketika Adam tertimpa kesalahan, ia sangat sedih dan menyesal. Lalu Jibril datang kepadanya dan berkata,

“Wahai Adam, Apakah engkau mau aku tunjukkan pintu taubat yang Allah menerima taubatmu darinya?

“Mau, wahai Jibril.”

“Berdirilah di tempat engkau bermunajat kepada Tuhanmu. Lalu agungkanlah Dia dan berilah Dia pujian. Karena tidak ada sesuatu yang lebih Allah cintai melebihi pujian.”

“Apa yang harus saya ucapkan, wahai Jibril?”

“Ucapkanlah; “Tiada Tuhan kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasaan dan pujian. Dia Dzat yang menghidupkan dan mematikan. Dia hidup dan tidak akan mati. Di tangannya segala kebaikan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Selanjutnya akuilah kesalahanmu dan bacalah; Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan berbuat buruk, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dengan perantara kedudukan Nabi-Mu Muhammad SAW dan kemuliaan beliau di sisi-Mu, agar Engkau mengampuni kesalahanku.”

Nabi bercerita, “Lalu Adam melakukan perintah Jibril. “Wahai Adam, siapakah yang mengajarimu demikian?” tanya Allah.

“Ya Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau meniupkan nyawa pada tubuhku lalu saya berdiri sebagai manusia sempurna yang bisa mendengar, melihat, berfikir, dan merenung, maka saya melihat pada kaki ‘Arsy-Mu terdapat tulisan; “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Muhammad utusan Allah. Karena saya tidak melihat nama malaikat muqarrab (yang didekatkan), Nabi dan Rasul lain selain Muhammad sesudah nama-Mu, maka saya tahu bahwa Muhammad adalah makhluk paling mulia di sisi-Mu.

“Engkau benar, dan Aku telah menerima taubatmu dan telah mengampunimu.”

 

[Sumber; Mafahim Yajibu An Tushohhah, Karya Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki]

1
2
3
Artikulli paraprakTahun Baru Masehi dalam Perspektif Islam
Artikulli tjetërFathu Makkah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini